penyakit umat dalam dakwah

Dalam beberapa rapat yang lalu, saya minta supaya ada Pusat Dakwah Islam yang dilakukan oleh MUI, yang menghimpun seluruh Da'i dari ormas-ormas maupun juga dari lembaga-lembaga menjadi satu kegiatan dakwah yang terkoordinasi dan terintegrasi supaya arahnya sama," ujar Wapres dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu (27/7/2022).
Untukmengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah islamiyah untuk menyembuhkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Kata Kunci: Dakwah, Problematika Umat, Aqidah, Moral, Individualisme, Materialisme Problems faced today are increasingly great da'wa challenge, both internal or external. The challenge comes in many forms of modern society
loading...Rasulullah telah memperingatkan tentang penyakit umat dalam sebuah hadisnya. Penyakit umat ini, selain diderita oleh umat nabi-nabi terdahulu, ternyata juga akan diderita oleh umat Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi/ist Sifat-sifat buruk suatu kaum , ternyata selalu menghinggapi umat nabi-nabi. Sifat buruk yang dimiliki suatu kaum ini, disebut dengan 'penyakit umat' yang membawa kehancuran bagi umat nabi-nabi tersebut. Begitu juga dengan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa dalam Kitab “188 Nubuat ar-Rasul – Maa Tahaqaqa Minha wa Maa Yatahaqqa” karya Muhammad Waliyullah an-Nadwi, dijelaskan bahwa Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam telah memperingatkan tentang penyakit umat ini dalam sebuah hadis. Baca Juga Dari Abul Abbas Muhammad bin Ya'kub, dari Muhammad bin Abdullah, dari Ibnu Wahhab, dari Abu Hani'i Humaid bin Hani'i Al-Khaulani , dari Abu Sa'id Al-Ghifari, dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, berkata bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda, “Umatku akan menderita penyakit seperti yang diderita oleh umat-umat yang lain.” Para sahabat bertanya, “Apa penyakit umat-umat itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-Asyr amat melampaui batas, Al-Bathr melampaui batas dalam hal kenikmatan, At-Takatsur bermegah-megahan, At-Tanajusy bersaing dalam urusan dunia. Selain itu, saling membenci dan menghasud sehingga menjadi orang yang durhaka dan lalim.” HR. Hakim dalam Al-Mustadrak 4/168Dalam redaksi lain disebutkan, Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabdaسَيُصِيْبُ أُمَّتِى دَاءُ اْلأُمَمِ اَْلأَشَرُ وَالْبَطَرُ وَالتَّكَاثُرُ وَالتَّشَاحُنُ فِى الدُّنْيَا وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ"Penyakit umat-umat lain akan mengenai umatku, yaitu mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam perkara dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas HR. Hakim. Baca Juga Tentang penyakit umat ini, tulisan Ketua Lembaga Dakwah Khairu Ummah, Drs H. Ahmad Yani menguraikannya sebagai berikut1. Mengingkari nikmatMengingkari nikmat menjadi penyakit yang berbahaya karena hal itu hanya akan mendatangkan murka Allah SWT sebagaimana firman-NyaDan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS Ibrahim [14]7.Sejarah telah menunjukkan bagaimana Qarun diamblaskan ke dalam bumi, diri dan hartanya yang dianggap bukan kenikmatan dari Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman-NyaSesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya Berkata kepadanya "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". QS Al Qashash 76 Baca Juga Qarun berkata "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".QS Al Qashash 78-79Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya. QS Al Qashash 812. Sombong
Եврաμу նуφевсакድУсрепጶг епυγև
ሿ нθтቂШαшарещу уп уዜωφዩዓ
Ог ፐጤетюսը аփωρЦуռяфէсва πа окι
Շиዌθ τըнел яжасαጀюнГл ρоճаκаፆе
Բэчу լመ оլուքըглиվሳδеጶեκюհ ኘиսаዋωբሲቁօ եպов
1Penyakit Hasad sebagai Problematika Dakwah Internal Umat Islam Rachman Hardiansyah A. Pengantar Dakwah di jalan Allah merupakan amalan yang agung di Author: Yuliana Lesmana 38 downloads 182 Views 732KB Size
This research discussed the conversion of Jama'ah Tabligh Bantarkawung, Brebes, Central Java, and its effects on the spread of Covid-19. In this case, the phenomenon of Jama'ah Tabligh's preaching activity produced a wide variety of reactions. The methods employed in this study combines field research with literature. The results in this paper are; first, the practice of Jama 'ah Tabligh preaching at Bantarkawung that attended the Ijma' Ulama' Jamaah Tabligh at Gowa during the Covid-19 pandemic. Second, there is a say that there is no contagious disease, if it is contagious, then it must be transmitted by God's will. Third, the approximately 27 person of Jama'ah Tabligh Bantarkawung who attended Ijtima Ulama' Gowa, 17 person were positively Covid-19 proved by rapid test. Then, 13 person tested positive for swab tests that made their home area become Covid-19 red zone. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL LIVING HADIS, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 5, Nomor 1, Mei 2020; hal 151-170 0852 2843 8068 jurnallivinghadis TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR PRAKTIK DAKWAH JAMA’AH TABLIGH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENYEBARAN COVID-19 DOI Inayatul Mustautina UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract This research discussed the conversion of Jama 'ah Tabligh Bantarkawung, Brebes, Central Java, and its effects on the spread of Covid-19. In this case, the phenomenon of Jama 'ah Tabligh's preaching activity produced a wide variety of reactions. The methods employed in this study combines field research with literature. The results in this paper are; first, the practice of Jama 'ah Tabligh preaching at Bantarkawung that attended the Ijma' Ulama' Jamaah Tabligh at Gowa during the Covid-19 pandemic. Second, there is a say that there is no contagious disease, if it is contagious, then it must be transmitted by God's will. Third, the approximately 27 person of Jama'ah Tabligh Bantarkawung who attended Ijtima Ulama' Gowa, 17 person were positively Covid-19 proved by rapid test. Then, 13 person tested positive for swab tests that made their home area become Covid-19 red zone. Kata Kunci Jama’ah Tabligh, Covid-19, preaching, living hadith, healthiness. Abstrak Penelitian ini membahas tentang praktik dakwah yang dilakukan Jama’ah Tabligh Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah, dan pengaruhnya terhadap penyebaran Covid-19. Dalam hal ini, fenomena kegiatan dakwah yang dilakukan Jama’ah Tabligh menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggabungkan antara penelitian lapangan dan kepustakaan. Hasil penelitian dalam tulisan ini adalah; pertama, praktik dakwah Jama’ah Tabligh Batarkawung yang menghadiri Ijma’ Ulama Jama’ah Tabligh di Gowa pada masa pandemi Covid-19. Kedua, terdapat hadis yang dimaknai bahwa tidak ada penyakit menular, jika ternyata menular, maka penularannya pasti atas kehendak Allah Swt. Ketiga, dari sekitar 27 orang Jama’ah Tabligh Tanggal masuk 13 April 2020 p-ISSN 2528-756 e-ISSN 2548-4761 152 Bantarkawung yang menghadiri Ijtima’ Ulama Gowa, 17 orang diantaranya dinyatakan positif Covid-19 yang dibuktikan dengan hasil dari rapid test. Kemudian, 13 orsang diantaranya positif melalui swab test yang menjadikan daerah tempat tinggal mereka sebagai zona merah Covid-19. Kata Kunci Jama’ah Tabligh, Covid-19, dakwah, living hadis, kesehatan. A. Pendahuluan enomena kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh pada masa pandemi Covid-19 menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan masyarakat. Jama’ah Tabligh telah menjadwalkan kegiatan perkumpulan dunia zona Asia atau dengan istilah lain yakni Jama’ah Ijtima’ Jama’ah Tabligh se-Asia, yang akan dihadiri oleh ulama-ulama Jama’ah Tabligh dan para anggotanya pada tanggal 19-22 Maret 2020. Kegiatan dakwah tersebut diadakan di Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang dihadiri oleh ribuan anggota Jama’ah Tabligh baik WNI maupun WNA yang berasal dari Malaysia, Thailand, Singapura, Pakistan, Banglades, Arab Saudi, dan lainnya. BBC News Indonesia, 2020 Dari sekian ribu peserta yang menghadiri ijtima’ tersebut, beberapa di antaranya adalah anggota Jama’ah Tabligh yang berasal dari Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah. Sebagaimana telah diketahui dari berbagai informasi di media cetak maupun daring, bahwa kegiatan dakwah atau ijtima’ tersebut dibatalkan meskipun ribuan pesertanya ijtima’telah hadir di lokasi pertemuan. Pembatalan ijtima’ tersebut disebabkan pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk adanya perkumpulan, karena dapat menyebabkan meluasnya penyebaran Covid-19. Ada yang berpendapat bahwasanya Jama’ah Tabligh adalah salah satu penyumbang terbesar korban positif Covid-19. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data yang mengatakan bahwa di India dari sekitar kasus Covid-19, sekitar diantaranya adalah dari Inayatul Mustautina 153 Jama’ah Tabligh. Kemudian di Malaysia, 60% kasus Covid-19 adalah dari Jama’ah Tabligh serta 68% kasus kematian akibat Covid-19 adalah dari Jama’ah Tabligh. Qudsy, Dan di Indonesia, kasus Covid-19 yang disumbang dari Jama’ah Tabligh mulai menuai panen, terutama setelah adanya ijtima’ di Gowa tersebut. Untuk daerah Brebes, Jawa Tengah, hasil konferensi pers menunjukkan bahwasanya Bupati Brebes, Idza Priyanti, mengumumkan bahwa warga yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona yakni 16 orang yang mana semuanya adalah alumni ijtima’ Ulama Gowa, Sulawesi Selatan. Suripto, Tulisan ini setidaknya menggunakan dua variabel tema, yaitu praktik dakwah Jama’ah Tabligh dan pengaruh terhadap penyebaran wabah virus Corona. Sejauh ini, kajian mengenai praktik dakwah Jama’ah Tabligh ataupun hal-hal yang mengenai Jama’ah Tabligh telah banyak dilakukan oleh para pengkaji. Sejauh penulusuran yang dilakukan oleh penulis, terdapat tiga kecenderungan dalam kajian atas praktik dakwah Jama’ah Tabligh yang berlangsung di masyarakat. Pertama, kajian yang penulis kelompokkan sebagai tradisi keagamaan, di antaranya hasil penelitian dari Achmad Sulfikar Sulfikar, 2016, M. Zainul Asror Asror, 2018, dan Umdatul Hasanah Hasanah, 2014. Kedua, kajian yang penulis kelompokkan sebagai simbol keagamaan, di antaranya adalah penelitian dari Kankan Kasmana Kasmana, 2011, Hardi Putra Wirman Wirman, 2012, danUjang Saepuloh Saepuloh, 2009. Ketiga, kajian yang penulis kelompokkan sebagai bentuk transmisi dan transformasi keilmuan, di antaranya adalah dari Didi Junaedi Junaedi, 2013, Sukron Ma’mun Ma’mun, 2019, Hasbiyallah dkk Hasbiyallah dkk, 2020, dan Hasan Basri dkk Basri & dkk, 2020. Untuk kajian yang membahas tentang praktik dakwah Jama’ah Tabligh dan pengaruhnya pada masa pandemi Covid-19 saat ini, masih luput dari penelitian pengkaji. Adapun tulisan ini bertujuan untuk melengkapi literatur yang telah ditunjukkan di atas. Berangkat dari fenomena dan permasalahan yang sudah TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR dipaparkan di atas, paling tidak terdapat tiga rumusan masalah untuk menjawab permasalahan di atas. Pertama, bagaimana proses praktik dakwah Jama’ah Tabligh Bantarkawung pada masa Covid-19? Kedua, apa faktor yang memotivasi anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung dalam berdakwah pada masa pandemi Covid-19? Ketiga, bagaimana pengaruh dakwah Jama’ah Tabligh terhadap penyebaran virus Corona? Untuk mendapatkan data informasi atau jawaban dari rumusan masalah tersebut, penulis menelusuri berbagai sumber, baik itu sumber tertulis maupun wawancara informan setempat, sehingga tersaji dalam pemaparan deskriptif mengenai hal tersebut. Tulisan ini berasumsi bahwa pertama, praktik dakwah yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh adalah salah satu tradisi keagamaan yang telah lama eksis dan menjadi suatu tradisi turun menurun yang melekat bagi Jama’ah Tabligh sehingga tidak bisa ditinggalkan. Kedua, Jama’ah Tabligh adalah salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, yang memiliki banyak pengikut dari berbagai negara, yang tidak mengutamakan khilafiyah sehingga banyak diminati dari berbagai kalangan. Maka, Jama’ah Tabligh ini dapat dikatakan sebagai simbol keagamaan. Ketiga, doktrin ajaran dan semangat dakwah Jama’ah Tabligh yang berpegang teguh pada al Qur’an dan sunah dalam pandangannya adalah bentuk transmisi dan transformasi keilmuan yang harus tetap dilakukan dalam kondisi apapun. B. Praktik Dakwah Jama’ah Tabligh sebagai Tradisi Keagamaan Secara bahasa, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab yakni  yang merupakan bentuk mashdar dari fi’il  yang artinya seruan, ajakan, atau panggilan. Saerozi, 2013, p. 9 Adapun pengertian secara istilah, kata dakwah memiliki banyak arti yang diungkapkan oleh para pakar atau tokoh, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. Saputra, 2012, Inayatul Mustautina 155 a. Prof. Toha Yahya Oemar, dakwah adalah upaya mengajak umat dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. b. Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, dakwah Islam adalah upaya mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk/hidayah, menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. c. Prof. Dr. Hamka, dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar. Dapat disimpulkan bahwasanya dakwah adalah upaya mengajak atau menyeru umat manusia untuk amar ma’ruf nahi munkar sesuai yang telah diperintahkan dengan unsur-unsur tertentu. Kajian literatur tentang praktik dakwah Jama’ah Tabligh melahirkan beberapa variasi di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umdatul Hasanah yang berjudul “Keberadaan Kelompok Jama’ah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh”. Penelitian tersebut mendiskusikan secara lebih jauh keberadaan kelompok Jama’ah Tabligh dan reaksi masyarakat terhadap perspektif teori penyebaran informasi dan pengaruh. Selain itu, penelitian tersebut menjelaskan pula mengenaiinovasi dakwah serta proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh komunitas Jama’ah Tabligh. Hasanah, 2014 Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh M. Zainul Asror yang berjudul “Strategi Dakwah Gerakan Jama’ah Tabligh di Kota Pancor” yang mana hasil dari penelitian tersebut adalah Jama’ah Tabligh memilih masjid tertentu yang strategis untuk dijadikan markas Jama’ah Tabligh di Pancor. Dengan lokasi yang strategis, Jama’ah Tabligh mampu menarik lebih banyak peminat serta membahas step by step strategi menarik peminat untuk TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR menjadi bagian dari Jama’ah Tabligh . Asror, 2018 Kemudian penulisan yang dilakukan oleh Achmad Sulfikar yang berjudul “Rekonseptualisi Gerakan Dakwah Jama’ah Tabligh Kota Palopo” yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan factual, memahami dan mengungkapkan berbagai gejala yang timbul sepanjang proses penyampaian pesan-pesan dakwah oleh anggota Jama’ah Tabligh. Sulfikar, 2016 C. Jama’ah Tabligh sebagai Simbol Keagamaan Jama’ah Tabligh merupakan suatu kelompok dakwah yang didirikan pertama kali oleh seorang ulama India yang bernama Muhammad Ilyas al-Kandhlawy. Ia adalah seorang ulama salaf yang lahir pada tahun 1303 H/1886 M di sebuah desa yang bernama Kandhla, sehingga ia memiliki nama akhir al-Kandhlawy. Rasmianto, 2010, p. 9 Berdasarkan latarbelakang keluarga dan pendidikannya, ia mampu menjadi ulama yang dapat menyebarkan dakwah ke berbagai tempat, salah satunya Indonesia. Kajian literatur terkait Jama’ah Tabligh diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kankan Kasmana yang berjudul “Jama’ah Tabligh dan Festisism” yang menganalisa tentang Jama’ah Tabligh dan Festisism, sebuah wacana tentang sudut pandang festisism dan keyakinan golongan dengan berbagai sumber rujukan. Kasmana, 2011 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ujang Saepuloh yang berjudul “Model Komunikasi Dakwah Jama’ah Tabligh” tulisan ini membahas tentang tiga ciri yang sangat tampak dari komunikasi dakwahnya jama’ah tabligh. Saepuloh, 2009 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hardi Putra Wirman yang berjudul “Fenomena Jama’ah Tabligh” yang membahas tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh, terutama khuruj, serta mereka memiliki kitab pedoman yaitu Fadhail Amail karya Syeikh Zakaria. Wirman, 2012 Inayatul Mustautina 157 D. Doktrin Ajaran Jama’ah Tabligh sebagai bentuk transmisi dan transformasi keilmuan Jama’ah Tabligh ini memiliki prinsip bahwasannya ketika seseorang ingin mengamalkan ajaran Islam secara kaffah maka ia harus mengacu pada ajaran dasar yakni al Qur’an dan Sunnah, yang terpotret pada kehidupan zaman Rasulullah saw dan juga para sahabat. Artinya bahwa seseorang tersebut harus menempuh cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat dalam menjalankan agama Islam. Serta harus rela berkorban harta dan waktu demi kepentingan agama. Kemudian kelompok atau gerakan jama’ah tabligh ini memformulasikan ajaran utamanya menjadi enam kategori yaitu; Iman atau syahadat, sholat, ilmu dan dzikir, ukhuwah Islamiyah, ikhlas, dan jihad. Rasmianto, 2010 Kajian literatur tentang doktrin ajaran Jama’ah Tabligh melahirkan variasi yang menarik untuk dikaji oleh para peneliti. Kajian ini dapat dilihat di antarannya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Didi Junaedi yang berjudul “Memahami Teks, Melahirkan Konteks Menelisik Interpretasi Ideologis Jama’ah Tabligh” yang membahas tentang penafsiran teologis dan fiqih oleh Jama’ah Tabligh serta mendiskusikan sejumlah konsep Jama’ah Tabligh yang lahir atas pembacaan mereka terhadap sejumlah ayat al Qur’an dan Hadis. Junaedi, 2013 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sukron Ma’mun yang berjudul “Konsep Keluarga dan Perempuan dalam Perspektif Jama’ah Tabligh Analisa Normatif Sosiologis” yang membahas tentang konsep keluarga dan juga peran ideal kaum perempuan istri dalam keluarga menurut Jama’ah Tabligh. Ma’mun, 2019 Selanjutnya oleh Hasbiyallah dkk yang berjudul “Fiqih Corona Studi Pandangan Ulama Indonesia terhadap Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan fatwa MUI di masyarakat dan menghasilkan analisa terhadap pandangan masyarakat terkait fatwa MUI dan SE Kementrian Agama. Hasbiyallah dkk, 2020 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hasan Basri dkk yang berjudul TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR “Pendidikan Agama Islam dan Pemeliharaan Diri Hifdz An-Nafs di Tengah Wabah Virus Corona” yang menghasilkan bahwa Pendidikan Agama Islam di tengah pandemi Covid-19 yang dilaksanakan dengan isolasi dan pembelajaran jarak jauh atau dikenal dengan istilah daring dengan memanfaatkan teknologi informasi yang merupakan pengejawantahan dari pemeliharaan diri. Basri & dkk, 2020 E. Metode Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggabungkan antara penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian lapangan karena objek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang melaksanakan praktik dakwah Jama’ah Tabligh dan terkena dampak atau pengaruh langsung dari virus Corona. Dengan menggunakan pendekatan fenomologi agama, tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan suatu gejala agama yang muncul sebagai suatu fenomena empiris dari struktur umum suatu fenomena yang mendasari setiap fakta religius. Dhavamony, 1995, p. 27 Adapun penelitian kepustakaan pada penelitian ini diaplikasikan dalam kajian yang berhubungan dengan kajian teks-teks dan teori yang melingkupi. Adapun untuk memperoleh dan mengumpulkan data, penulis melakukannya dengan beberapa cara, antara lainObservasi yang dimaksudkan di sini adalah penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yakni pelaku dakwah Jama’ah Tabligh kecamatan Bantarkawung, Brebes-Jawa Tengah yang mengikuti ijtima’ di Gowa, Sulawesi Selatan. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang berapa banyak anggota Jama’ah Tabligh kecamatan Bantarkawung yang mengikuti ijtima’ Jama’ah Tabligh di Gowa, Sulawesi Selatan dan berapa banyak yang terkena virus corona. Inayatul Mustautina 159 Setelah data yang didapatkan selesai dikumpulkan, maka tahap berikutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini, data yang didapatkan kemudian dianalisis sehingga dapat menghasilkan suatu jawaban sementara yang kemudian dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. F. Praktik Dakwah Jama’ah Tabligh Bantarkawung pada Masa Pandemi Covid-19 Terdapat beberapa konsep, pokok-pokok ajaran, dan istilah-istilah yang sangat identik dalam gerakan Jama’ah Tabligh. Diantara istilah-istilah itu adalah sebagai berikut Jaulah adalah bentuk penyebaran informasi keagamaan dalam bentuk komunikasi interpersonal melalui pendekatan silaturahmi atau berkunjung kepada sasaran dakwah. Khuruj merupakan aktifitas rutin yang harus dilakukan oleh aktivis dakwah dalam komunitas jama’ah ini. Chillah merupakan rutinitas aktivis jama’ah yang keluar rumah atau kampung untuk bertabligh dengan waktu-waktu yang ditentukan, dalam hal ini minimal tiga hari dalam satu bulan, empat puluh hari dalam satu tahun dan empat bulan dalam seumur hidup. Hasanah, 2014 Dalam perjalannanya, gerakan ini semakin tersistematis dengan baik. Di setiap daerah, gerakan ini memiliki markas-markas yang dijadikan sebagai pusat pergerakannya. Setiap markas tersebut memilki penanggung jawab yang bertugas mengontrol aktivitas anggotanya. Selanjutnya setelah mengontrol, setiap penanggung jawab tersebut harus memberikan laporan kepada penanggung jawab wilayah provinsi, yang bertanggung jawab pula kepada Majelis Syuro Indonesia. Majlis Syuro Indonesia tersebut beranggotakan 13 orang yang memiliki tugas untuk mengontrol perkembangan gerakan jama’ah tabligh di seluruh Indonesia. Majelis Syuro Indonesia nantinya akan bertanggung jawab kepada Majelis Syuro Pusat yang berada di India, yang anggotanya berasal dari berbagai negara. Sebagai sebuah lembaga, majelis ini mengadakan ijtima’ sekali dalam setahun untuk TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR membicarakan program-program dakwah dan melaksanakan evaluasi umum. Rasmianto, 2010 Sejauh pengamatan penulis, pada masa pandemi Covid-19 ini, praktik-praktik dakwah Jama’ah Tabligh ataupun kegiatan-kegiatan rutin Jama’ah Tabligh dilaksanaan sebagaimana biasanya. Selain kegiatan yang disebutkan pada istilah-istilah diatas, pada masa pandemi ini, terdapat kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh yang direncanakan akan dilaksanakan secara besar-besaran yang melibatkan banyak orang. Kegiatan dakwah tersebut adalah Ijtima’ Ulama Jama’ah Tabligh Dunia, yang mana untuk zona Asia, salah satunya dilaksanakan di Indonesia, tepatnya di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. beribu-ribu orang dari anggota Jama’ah Tabligh mendatangi lokasi tersebut, beberapa diantaranya adalah dari Bantarkawung, Brebes-Jawa Tengah. Sebagian mereka berangkat ke lokasi melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat, dan sebagian lainnya menggunakan kapal laut hasil wawancara salah satu warga Bantarkawung, pada tanggal 10 Mei 2020. Dalam hal ini penulis tidak dapat mendapatkan data langsung dari sumbernya, karena data pelaku dirahasiakan, sehingga penulis tidak mengetahui siapa saja anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung yang mengikuti Jama’ah Tablighima’ Gowa tersebut dan bagaimana pelaksanaan secara detailnya. Hasanah, 2014 Secara garis besar, aktor- yang terlibat dalam hal ini yaitu pemimpin dan anggota atau peserta ijtima’. Dalam istilah Jama’ah Tabligh, pemimpin mereka disebut dengan istilah Amir. Amir adalah sebutan bagi pemimpin mereka sesuai dengan tingkatannya yang disepakati bersama berdasarkan hasil musyawarah. Amir ini bertugas sebagaimana mestinya seorang pemimpin yakni memimpin para anggotanya. Begitupula dengan anggota yakni mereka melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pemimpin. Pemimpin atau Amir dan anggotanya dari setiap daerah berangkat bersama menuju lokasi untuk menjadi peserta ijtima’, begitu pula yang dilakukan oleh amir dan anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung. Mereka berangkat bersama Inayatul Mustautina 161 menuju lokasi untuk menjadi peserta ijtima’ Jama’ah Tabligh se-Asia pada tanggal 19-22 Maret 2020. Dengan demikian, dapat diketahui bahwasannya anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung tetap menjalankan aktivitas-aktivitas dakwah Jama’ah Tabligh pada masa pandemic Covid-19 ini sebagaimana biasanya, dan beberapa diantaranya mengikuti ijtima’ ulama Jama’ah Tabligh yang diadakan di Gowa, Sulawesi Selatan untuk menjadi peserta ijtima’ tersebut. G. Faktor yang Memotivasi Dakwah Jama’ah Tabligh Bantarkawung pada Masa Pandemi Covid-19 Pada dasarnya Jama’ah Tabligh ini memiliki tujuan utama dalam dakwahnya, yakni untuk mengajak manusia ke jalan Allah Swt melalui amar ma’ruf nahi munkar. Mereka meyakini bahwa mendakwahkan ajaran yang dikembangkan merupakan suatu kewajiban. Perlu diketahui bahwasannya Jama’ah Tabligh ini memiliki keunikan dan kekhasan yang membedakannya dari yang lain, terutama dalam hal dakwah. Sistem dakwah Jama’ah Tabligh ini sangatlah khas, yaitu dengan sistem khuruj. Kata khuruj berasal dari bahasa arab  yang artinya keluar. Khuruj dalam dakwah Jama’ah Tabligh ini adalah metode dakwah yang dilakukan dengan cara keluar meninggalkan rumah dan keluarganya dalam waktu tertentu menuju satu perkampungan atau daerah secara berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain, atau dari satu masjid ke masjid yang lain untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat daerah tersebut. Saepuloh, 2009 1. Alasan normatif Terdapat beberapa hadis yang menjadi landasan mereka dalam berdakwah, sehingga mereka memiliki motivasi yang luar biasa untuk membentuk jama’ah Islam yang hidup di bawah tatanan ajaran Islam. Hadis tersebut adalah hadis dari Ibnu Amir bin Ash bahwasanya Rasulullah saw bersabda; “sampaikanlah apa-apa dariku walau satu ayat”, hadis TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari al-Albani, 2003; 298. Rasmianto, 2010 Kemudian terdapat hadis yang menyatakan bahwa “Tidak ada infeksi, mengundi nasib, binatang terbang di malam hari, dan cacing dalam perut” HR. Bukhari 5278 yang mana Jama’ah Tabligh menyimpulkan hadis tersebut bahwa tidak ada penyakit menular, jika ternyata menular, maka penularannya pasti atas kehendak Allah Swt. Qudsy, Apa yang mereka pahami dari hadis ini, menjadi alasan normatif bagi mereka untuk tetap melaksanakan aktivitas dakwah Jama’ah Tabligh. Karena dalam pandangan mereka, bahwa manusia hanya boleh takut pada Allah Swt tidak dengan yang lainnya termasuk virus corona yang sedang mewabah ini. 2. Alasan historis Sejauh pengamatan penulis, doktrin ajaran Jama’ah Tabligh melekat sangat kuat pada anggotanya. Para anggotanya memiliki semangat kemandirian untuk berdakwah dengan mengandalkan biaya sendiri, tanpa mau dibantu oleh pihak lain walau sekecil apapun. Dengan bekal yang sedikit uang hasil menabung serta pakaian yang sederhana, mereka sangat bersemangat bertabligh ke desa-desa, kota-kota dan bahkan negara-negara lain. Semua itu dilakukan dengan penuh keikhlasan serta kesungguhan yang luar biasa. Kemudian dengan adanya koordinasi mulai dari tingkat lokal individual sampai kepada tingkat nasional, bahkan internasional, menjadikan Jama’ah Tabligh ini semakin kuat. Munir, 2017 Dengan doktrin ini pula lah Jama’ah Tabligh Bantarkawung termotivasi untuk terus melaksanakan aktivitas Jama’ah Tabligh walaupun kondisi saat ini cukup berbahaya untuk melaksanakan aktivitas di luar rumah, salah satunya yaitu ijtima’ yang diadakan di Gowa. Bahkan menurut data yang penulis dapatkan, bahwa ada sebagian dari Jama’ah Tabligh Bantarkawung yang ekonominya kurang mencukupi, tetapi mereka tetap memberanikan diri untuk berhutang supaya dapat mengikuti ijtima’ Gowa hasil wawancara salah satu warga Bantarkawung, pada tanggal 10 Mei Inayatul Mustautina 163 2020. Demikian alasan normatif maupun historis Jama’ah Tabligh khususnya Jama’ah Tabligh Bantarkawung dalam melasanakan aktivitas jama’ahnya pada masa pandemi Covid-19 ini. Yang mana mereka tetap melaksanakan aktivitasnya walaupun mereka mengetahui kondisi yang ada pada saat ini. H. Dampak dan Pengaruh Dakwah Jama’ah Tabligh Bantarkawung terhadap Penyebaran Covid-19 Memasuki tahun 2020, dunia dikagetkan dengan adanya wabah virus yang dikenal dengan nama virus corona atau Covid-19 yang dimulai dari daerah Wuhan, Cina. Kemudian virus tersebut menyebar ke seluruh negeri, termasuk Indonesia. Semenjak Indonesia ditetapkan sebagai salah satu negara yang terinfeksi Covid-19, dengan segera pemerintah Indonesia membuat kebijakan publik untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut, karena virus ini merupakan virus yang sangat berbahaya yang dapat menyebar dengan sangat cepat meskipun hanya melalui sentuhan. Virus ini tidak terlihat, bahkan orang yang terjangkit virus inipun tidak langsung tampak gejalanya sehingga dapat menularkan virus tersebut kemana-saja tanpa mengetahui dirinya telah terinfeksi. Bahaya Covid-19 tersebut dan kecepatan penularannya yang terus meningkat, membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menjaga kebersihan sesering mungkin melalui cuci tangan, menggunakan handsenitizer dan masker. Kemudian tidak melakukan kontak fisik secara langsung dan tidak berhubungan sosial untuk sementara waktu selama masa pandemi Covid-19 ini. Selanjutnya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kepada seluruh masyarakat untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah saja. Kebijaan tersebut melibatkan salah satunya yaitu Majlis Ulama Indonesia, yang kemudian MUI mengeluarkan fatwa MUI No. 14 tahun 2020 tentang ibadah selama masa Covid-19. Fatwa tersebut diperkuat TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR dengan adanya surat edaran Kementerian Agama No. 6 tahun 2020. MUI, Masyarakat memiliki pandangan yang beragam dalam menyikapi kebijakan pemerintah dan fatwa MUI tersebut di atas. Ada yang merespon kebijakan dan fatwa tersebut dengan sungguh-sungguh, ada juga yang sebaliknya. Begitupula yang terjadi di masyarakat Bantarkawung. Mereka yang tidak merespon kebijakan pemerintah dan fatwa MUI dengan baik menganggap pandemi Covid-19 ini adalah hal biasa yang tidak terlalu berbahaya. Karena mereka memiliki pemikiran bahwa kenapa manusia harus takut dengan virus corona sedangkan tidak takut dengan yang menciptakan virus corona tersebut. Sehingga pada akhirnya beberapa masyarakat Bantarkawung tetap melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Menurut data yang penulis dapatkan bahwa diantara masyarakat Bantarkawung yang tidak merespon kebijakan pemerintah dan fatwa MUI tersebut dengan baik adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok Jama’ah Tabligh Bantarkawung. Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok Jama’ah Tabligh Bantarkawung yang tetap berangkat ke Gowa Sulawesi Selatan untuk mengikuti ijtima’ Jama’ah Tabligh disana tanpa menghiraukan protokol-protokol kesehatan yang telah diumumkan oleh Puskesmas Bantarkawung. Hal ini disebabkan oleh pemahaman Jama’ah Tabligh terhadap hadis yang dijelaskan di atas tanpa melihat hadis yang lainnya, seperti hadis yang menyatakan bahwa “bilamana suatu wabah menjangkit suatu kaum, maa janganlah kalian mendatanginya, tetapi jikalau kalian ada di daerah itu, maka janganlah keluar darinya”. HR. Bukhari Selanjutnya dari data yang didapat oleh penulis, bahwa sekitar 27 anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung berangkat bersama menuju Gowa. Ketika mereka dipulangkan dari sana, petugas medis dengan segera menghimbau mereka untuk melaksanaan isolasi dan test kesehatan. Setelah di tes swab, 17 dari 27 anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung tersebut dinyatakan positif. Setelah hasil rapid tes keluar, 13 dari mereka dinyatakan Inayatul Mustautina 165 positif terinfeksi virus corona atau Covid-19 Hasil wawancara salah satu warga Bantarkawung, pada tanggal 10 Mei 2020. Dengan adanya data bahwa 13 dari anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung tersebut yang positif terinfeksi Covid-19, menjadikan Jama’ah Tabligh sebagai penyumbang korban positif Covid-19 terbesar di kecamatan Bantarkawung dan menjadikan kecamatan tersebut sebagai zona merah Covid-19 sehingga protokol-protokol kesehatan diberlakukan secara lebih ketat di Kecamatan Bantarkawung ini. Misalnya harus menggunakan masker jika memang harus keluar rumah, setiap rumah menyediakan alat cuci tangan, sampai lockdown di beberapa gang. I. Diskusi Hasil Penelitian 1. Praktik Dakwah Jama’ah Tabligh sebagai Tradisi Keagamaan Desa Temboro yang dahulu adalah daerah miskin serta minim dengan pendidikan keagamaan. Lingkungan Temboro adalah daerah pertanian. Kegiatan ekonomi penduduknya dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah dengan mengandalkan hasil dari bertani. Faktanya hasil pertanian masyarakat masih belum bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat secara umum dari kemiskinan. Menurut seorang pendatang M. Ikhsan saat diwawancarai oleh Moh Yusuf, Yusuf, 2019, awal ketika ia sampai ke Desa Temboro pada tahun 1998 mata pencaharian utama masyarakat Desa Temboro adalah bertani. Rumah masyarakat rata-rata masih gedhek dinding yang dibuat dari anyaman bambu dan ada sebagian rumah yang bagian bawah dindingnya rapuh dimakan rayap. Disamping itu, jarang sekali menemukan rumah yang lantainya menggunakan keramik. Hal yang sama juga berdampak pada pendidikan keagamaan yang belum tersedia di Desa Temboro kala itu. Tidak dipungkiri bahwa keberadaan Jama'ah Tabligh di Desa , memberikan Jawa TimurProvinsi Temboro, Kabupaten Magetan, perubahan dan pengaruh positif yang sangat besar. Dari aspek keagamaan, secara tidak langsung masyarakat akan terpengaruh dengan semangat TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR hal ibadah lainnya. Jika dilihat -dalam manhaj ibadah kesehariannya serta haldari segi perekonomian, kemakmuran ekonomi akan meningkat dikarenakan keberadaan beberapa pondok pesantren dan masyarakat yang mberikan akses kepada ada di desa tersebut. Aktivitas keseharian pondok memasyarakat setempat untuk membuka usaha dagang. Dulunya masyarakat setempat berprofesi sebagai petani, kemudian mereka beralih profesi menjadi seorang pedagang. Ada yang berjualan makanan dan minuman, menjual jasa becak motor, jasa parkir, jasa berjualan pakaian, gamis wanita, Dalam Tesis Fadhol Muhammad Luthfi Ali menjaga pengajian dan lainnya. gkat salah satu peran , 2019 ,Bapak Lukman disebutkan bahwaboro keberadaan Jama'ah Tabligh di Desa Tem desa yang membenarkanmemberikan dampak positif diberbagai aspek salah satunya pada aspek dan perekonomian di desa tersebut. Zulaiha, keagamaan 2. Jama’ah Tabligh sebagai Simbol Keagamaan Jama’ah Tabligh merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Dunia yang memiliki banyak pengikut dari berbagai Negara. Jama’ah Tabligh yang tidak mengutamakan khilafiyah membuatnya banyak diminati oleh berbagai kalangan yang berasal dari berbagai daerah. Salah satunya adalah Jama’ah Tabligh yang ada dan berkembang di daerah Bantarkawung, kabupaten Brebes- Jawa Tengah. Hal tersebut diketahui dengan adanya data korban positif Covid-19 dari sekelompok Jama’ah Tabligh yang menghadiri ijtima’ Jama’ah Tabligh di Gowa, karena pada dasarnya, anggota Jama’ah Tabligh tidak terlalu mempublikasikan dirinya sebagai bagian dari Jama’ah Tabligh terutama tidak mempublikasikan melalui media. Mereka akan tampak dari beberapa kegiatannya seperti khuruj ataupun dari cara berpenampilannya yang khas. Badriza, 1997 Jama’ah Tabligh merupakan suatu kelompok dakwah yang didirikan pertama kali oleh seorang ulama India yakni Maulana Muhammad Ilyas. Ia adalah seorang ulama salaf yang lahir pada tahun 1303 H/1886 M di sebuah desa yang bernama Kandhla, sehingga ia memiliki nama akhir al- Inayatul Mustautina 167 Kandhlawy. Rasmianto, 2010. p. 9 Berdasarkan latarbelakang keluarga dan pendidikannya, ia mampu menjadi ulama yang dapat menyebarkan dakwah ke berbagai tempat, salah satunya Indonesia. Abdul Aziz menjelaskan dalam artikelnya bahwa gerakan Jama’ah Tabligh pertama kali datang ke Indonesia yaitu sekitar tahun 1952 yang dipimpin oleh Miaji Isa Salah satu tokoh keagamaan jama’ah tabligh yang berasal dari India. Mereka singgah untuk pertama kali yaitu di Medan, kemudian menyebarkan gerakannya dengan nama “Jama’ah Khuruj”. Aziz, 2004, Pada masa awal penyebarannya, gerakan ini belum terlalu terkenal di masyarakat Indonesia. Gerakan ini mulai menampakkan aktvitasnya secara intensif yaitu pada tahun 1974 dengan pusat dakwahnya yang bertempat di Masjid Kebon Jeruk, Jakarta Pusat. Pusat dakwah jama’ah tabligh ini bertugas mengkoordinasi kegiatan semua anggotanya yang tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Aktivitas mereka terus berjalan lancar dari tahun 1974 sampai 2004. Aziz, 2004 Dan menurut Taufik Rahman Salah satu anggota pasif jama’ah tabligh, namun di daerah tempat tiggalnya masih aktif kegiatan jama’ah tabligh salah satunya yaitu khuruj, aktivitas mereka masih berjalan lancar hingga sekarang. Keaktifan tersebut salah satunya dibuktikan dengan adanya khuruj, yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya, maupun ijtima’ rutin yang masih dilaksanakan setiap tahunnya. 3. Pengaruh Doktrin Ajaran Jama’ah Tabligh sebagai Bentuk Transmisi dan Transformasi Keilmuan Pengaruh doktrin ajaran dan semangat dakwah Jama’ah Tabligh yang berpegang teguh pada al Qur’an dan sunnah dalam pandangannya adalah sebagai bentuk transmisi dan transformasi keilmuan. Dengan adanya doktrin-doktrin yang melekat erat pada setiap anggota Jama’ah Tabligh, sehingga pada masa pandemi Covid-19 yang berbahaya ini pun, doktrin-doktrin tersebut tidak luntur begitu saja. Junaedi, 2013 Hal tersebut dibuktikan dengan tetap berangkatnya anggota Jama’ah Tabligh Bantarkawung ke Gowa, Sulawesi Selatan, untuk mengkuti ijtima’ Jama’ah TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR Tabligh se-Asia yang dihadiri oleh berbagai kalangan dari berbagai tempat, dalam maupun luar negeri. J. Simpulan Kajian Living Hadis dan studi kasus dalam praktik dakwah yang penulis lakukan di kelompok Jama’ah Tabligh Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah, serta pengaruhnya terhadap penyebaran Covid-19 pada masyarakat setempat, telah penulis selesaikan. Dari data-data yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa; pertama, praktik dakwah Jama’ah Tabligh yang tetap dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19 ini, hal tersebut dibuktikan dengan adanya data Jama’ah Tabligh Batarkawung yang menghadiri iJama’ah Tablighima Ulama Jama’ah Tabligh di Gowa. Kedua, terdapat hadis yang menyatakan bahwa “Tidak ada infeksi, mengundi nasib, binatang terbang dimalam hari, dan cacing dalam perut” HR. Bukhari 5278 yang mana Jama’ah Tabligh menyimpulkan hadis tersebut bahwa tidak ada penyakit menular, jika ternyata menular, maka penularannya pasti atas kehendak Allah Swt. Dengan itu, mereka untuk tetap melaksanakan aktivitas dakwah Jama’ah Tabligh seperti biasanya. Karena dalam pandangan mereka, bahwa manusia hanya boleh takut pada Allah swt tidak dengan yang lainnya termasuk virus Corona yang sedang mewabah. Ketiga, dari sekitar 27 orang Jama’ah Tabligh Bantarkawung yang menghadiri Ijtima’ Gowa, 17 orang di antaranya positif melalui rapid test, kemudian 13 orang di antara 17 orang reaktif dinyatakan positif melalui swab test. Hal tersebut menjadikan daerah tempat tinggal mereka sebagai zona merah Covid-19. K. Daftar Pustaka Alwi, F. M. L. 2019. Peran Pondok Pesantren Terhadap Kegiatan Bisnis di Kampung Madinah Desa Tembro Kec. Karas Kab Magetan Analisis Etika Bisnis Islam. UIN Sunan Ampel. Asror, M. Z. 2018. Strategi Dakwah Gerakan Jamaah Tabligh di Kota Pancor. Studi Masyarakat dan Pendidikan, 2. Inayatul Mustautina 169 Aziz, A. 2004. The Jamaah Tabligh Movement in Indonesia; Peaceful Fundamentalist. Studia Islamika, 11. Badriza, K. 1997. Gerakan Jamaʻah Tabligh Dan Perkembangan Ekonomi Komunitas Sub-Kultur Kampung Madinah, Desa Temboro, Karas, Magetan. UIN Sunan Kalijaga. Basri, H., & dkk. 2020. Pendidikan Agama Islam dan Pemeliharaan Diri Hifz An-Nafs di Tengah Wabah Virus Corona. Dhavamony, M. 1995. Fenomenologi Agama, terj. Kelompok Studi Agama Driyakarya. Kanisius. Hasanah, U. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Indo-Islamika. Hasbiyallah dkk. 2020. Fiqih Corona Studi Pandangan Ulama Indonesia terhadap Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid19. Ijtima di Gowa dan penahbisan uskup di Ruteng, Presiden Jokowi evaluasi acara keagamaan. 2020, Maret 19. BBC News Indonesia. Junaedi, D. 2013. Memahami Teks, Melahirkan Konteks Menelisik Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh. Jurnal Studi Qur’an dan Hadis, 2. Kasmana, K. 2011. Jamaah Tabligh dan Festisisme. Visualita, 3. Ma’mun, S. 2019. Konsep Keluarga dan Perempuan dalam Perspektif Jamaah Tabligh Analisa Normatif Sosiologis. Jurnal Misykat, 4. MUI. Kebijakan Ibadah dalam Keadaan Darurat Wabah Patent No. 14. Munir, A. 2017. Akar Teologis Etos Kerja Jamaah Tabligh Studi Kasus Komunitas Jamaah Tabligh Desa Temboro Kecamatan Karas Magetan. Kodifikasia, 111, 50. Qudsy, D. S. Z. Jamaah Tabligh di Tengah Pusaran COVID-19 Islam Kaffah. Diambil 9 Juli 2020, dari Rasmianto. 2010. Paradigma Penddikan dan Dakwah Jama’ah Tabligh. UIN-Maliki Press. Saepuloh, U. 2009. Model Komunikasi Dakwah Jamaah Tabligh. Ilmu Dakwah, 4. Saerozi. 2013. Ilmu Dakwah. Penerbit Ombak. Saputra, W. 2012. Pengantar Ilmu Dakwah. Rajawali Pers. Sulfikar, A. 2016. Rekonseptualisi Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh Kota Palopo. Palita, 1. Suripto, I. Kasus Positif Corona Bertambah Signifikan, Brebes Segera Terapkan PKM. detiknews. Diambil 9 Juli 2020, dari Wirman, H. P. 2012. Fenomena Jamaah Tabligh. Hurriyah, 13. Yusuf, M. 2019. Jama’ah Tabligh Temboro Magetan Studi Gerakan Sosial Lokal Berorientasi Nilai. UIN Sunan Kalijaga. Zulaiha, S. Jama’ah Tabligh dalam Perspektif Psikologis. 18. TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR ... Muslims often view everything, including Covid-19, based on their interpretations of religious doctrines the Qur'an and Hadith in a textual manner related to problems, situations, and conditions happening in society. For example, the Tablighi Jamaat, which relies more on textual interpretation than the Covid-19 protocol, was counterproductive Mustautina, 2020. It may be since many religious texts encourage congregational worship, such as attending mosques and prioritizing the spirituality and solidarity of the congregation Dahlan et al., 2020. ...... Contrary to mentioned above, some people responded to Covid-19 with a positive attitude, but some reacted negatively. A negative response was evident that 27 Tabligh Jamaat Bantarkawung Central Java members during a pandemic were positively infected with Covid-19 after attending the Ijma' Ulama Tablighi Jamaat in Gowa Sulawesi, thus turning those areas into red zones or highest level of pandemic Mustautina, 2020. Furthermore, some people who believed that Covid-19 was a threat rejected the corpse that died of such a disease for fear of disease transmission Sari & Wahid, 2020 and Sirajuddin et al. 2020. ...The Muslim community in Indonesia interprets Covid-19 controversially, which may have various consequences. This paper aims to map the pattern of interpretation of Covid-19 among Muslims in Indonesia and analyze how different understandings hindered pandemic crisis countermeasures. The data were obtained from online news and social media, which were then confirmed by open interviews, specifically covering two areas the respondents' views related to the interpretation of Covid-19 and the bases for their opinion. This study found three types of understanding First, textual interpretation, in which Covid-19 was interpreted as a 'punishment and a creature of God, so there is no need to be afraid of; instead, we need to get closer to God. Second, contextual interpretation, where Covid-19 was interpreted as a disaster/trial, needs to be addressed by complying with health protocols in Indonesia and improving our spirituality. Third, spiritual interpretation, where Covid-19 was interpreted as a test, so those who passed this test will increase their piety. Thus, the controversy in understanding the substance of the Covid-19 pandemic needs to be overcome. This paper suggests that more intensive education is required to improve public knowledge about the Covid-19 pandemic to prevent further adversity in its countermeasures. Received 30 January 2022 / Accepted 18 April 2022 / Published 5 May 2022... In this context, membership of the JT movement is based on freedom without considering the school or 'madhhab,' sect, and organizational background Hamdi 2017. In its development, the JT was led by an Amir Mustautina, 2020. Amir, a leader, is responsible for spreading da'wah the teaching of Islam based on Islamic traditions like Nadhatul Ulama, but it uses the ideology of tablīgh Arifin 2017. ...Arabization is not always identically carried out by immigrants of Arab descent, but non-Arab communities can carry out the Arabization process. This study aims to explain the Arabization process by the Jamaah Tabligh JT group by establishing the Kampung Madinah of Temboro Village. This study relies on collecting qualitative data through observation, interviews, and literature study with descriptive analysis. The findings show that the existence of JT in Temboro Village has resulted in a shift in community culture from secular to religious. The role of the JT leadership became an emerging factor in the Arabization process in the formation of a religious society. Likewise, JT's persuasive approach through education and religious activities facilitates public acceptance. The naming of Kampung Madinah in Temboro is driven by various Arabic symbols used, daily conversations, activities, and clothes. The existence of JT succeeds in constructing Temboro people's habits into “Islamic habits.” This study is limited to Kampung Madinah in Temboro as a research focus; therefore, it is recommended for further researchers to conduct comparative studies on the Arabization MunirSalah satu janji agama adalah kebahagiaan bagi pengikutnya. Janji tersebut diterjemahkan sesuai dengan mindstreem masing-masing. Salah satunya adalah Jamaah Tabligh. Jamaah Tabligh menyatakan dirinya sebagai komunitas yang netral dalam bermadzhab, ber-ormas, dan berpolitik, tetapi dalam bingkai ahl al-sunnah wa aljamâ’ah. Mereka lebih menonjolkan aktivitas keberagamaannya secara riil melalui praktik dakwah dengan mengedepankan akhlaq. Menurut Jamaah Tabligh tujuan hidup adalah untuk beribadah, sebagai khalifah, dan untuk berdakwah. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa Jamaah Tabligh memiliki etos kerja yang kuat dan ulet. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan pertanyaan, bagaimana pandangan mereka terhadap kerja, ikhtiyar, dan tawakkal serta faktor-faktor yang melingkupinya. Pertanyaan tersebut dijawab dengan menggunakan logika induktif dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis dan pemaknaan data lapangan yang telah diorganisir dengan sistematis untuk menemukan makna yang terdalam deep-meaning di balik realitas yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hidup Jamaah Tabligh didasarkan pada pemahaman konsep keagamaan yang dipegangi, yaitu enam sifat shahabat. Dari pemahaman tersebut, mereka berkeyakinan bahwa rizki dan keperluan hidup telah ditentukan Allah. Tetapi manusia wajib untuk mencari dan mengupayakan. Mereka memandang materi sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan, tetapi bukan menjadi tujuan hidup. Dari konsep pemahaman tersebut sekaligus menjadi dasar dalam berinteraksi dan berakulturasi dengan suasana yang baru. Akhirnya proses yang dilakukan dapat dimanfaatkan dan membentuk iklim kompetisi yang sehat dan berakhir dengan kemakmuran dan keharmonian AzizThe birth of Jamaah Tabligh was in fact a direct reaction to the emergence of aggressive Hindu proselytization movement, such as the Shuddhi Purifying and Sangathan Consolidation movement, which made wide-reaching attempt in the early 20th century to "return" to Hinduism those who had "left" the religion and converted to Islam during the period of Muslim political power in India. The main target of these right-wing Hindu movements were those they called "borderline Muslims" who still maintained many beliefs and cultural habit that had come from Hinuism. Maulana Muhammad Ilyas, founder of Jamaah Tabligh, believed that only a grass-roots Islamic movement could challenge the effort of Shuddhi and Sangathan, thought "purifying" these "borderline" Muslims and educating them about basic faith and worship in order to save them from the process of c 2014 by SDI. All right HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Jamaʻah Tabligh Dan Perkembangan Ekonomi Komunitas Sub-Kultur Kampung Madinah, Desa TemboroK BadrizaBadriza, K. 1997. Gerakan Jamaʻah Tabligh Dan Perkembangan Ekonomi Komunitas Sub-Kultur Kampung Madinah, Desa Temboro, Karas, Magetan. UIN Sunan Agama Islam dan Pemeliharaan Diri Hifz An-Nafs di Tengah Wabah Virus CoronaH BasriBasri, H., & dkk. 2020. Pendidikan Agama Islam dan Pemeliharaan Diri Hifz An-Nafs di Tengah Wabah Virus Agama, terj. Kelompok Studi Agama DriyakaryaM DhavamonyDhavamony, M. 1995. Fenomenologi Agama, terj. Kelompok Studi Agama Driyakarya. Corona Studi Pandangan Ulama Indonesia terhadap Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid19Hasbiyallah DkkHasbiyallah dkk. 2020. Fiqih Corona Studi Pandangan Ulama Indonesia terhadap Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid19.Jamaah Tabligh di Tengah Pusaran COVID-19 Islam KaffahD S Z QudsyQudsy, D. S. Z. Jamaah Tabligh di Tengah Pusaran COVID-19 Islam Kaffah. Diambil 9 Juli 2020, dari Komunikasi Dakwah Jamaah TablighU SaepulohSaepuloh, U. 2009. Model Komunikasi Dakwah Jamaah Tabligh. Ilmu Dakwah, 4. Saerozi. 2013. Ilmu Dakwah. Penerbit Ilmu Dakwah. Rajawali PersW SaputraSaputra, W. 2012. Pengantar Ilmu Dakwah. Rajawali Pers.
AbuDawud dan Ahmad) Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan. Makna Wahn Secara bahasa wahn bermakna dha'f (lemah), baik secara materi atau maknawi, menimpa pribadi atau kolektif.
KETIKA Umar bin Khattab ra. memberi wasiat kepada pasukan Islam yang akan berjihad, beliau berkata, “Janganlah kalian berbuat maksiat kepada Allah sedang kalian di jalan Allah”. Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa para da’i yang sedang berdakwah bisa jadi berbuat maksiat kepada Allah. Barangkali penyakit inilah yang harus kita waspadai bersama, bermaksiat di jalan dakwah. Dan dalam pergerakan dakwah modern, para pemimpin dakwah juga sering mengingatkan akan bahaya berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Musthafa Masyhur adalah pemimpin gerakan dakwah yang sering mengingatkan akan berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Buku beliau yang banyak mengulas tentang masalah ini adalah Prinsip dan Penyimpangan di jalan di Dakwah’. Fathi Yakan juga meworning para aktifis dakwah dalam bukunya Aids dalam Harakah’ dan Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah’. Namun demikian, para da’i adalah manusia yang tetap memiliki potensi lupa dan salah, sehingga upaya untuk saling mengingatkan harus terus dilakukan. BACA JUGA Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah Di antara berbagai Penyakit di Jalan Dakwah yang harus diwaspadai bersama oleh para da’i adalah 1 Juz’iyah Tidak Syamilah Penyakit Juzi’yah atau parsial dalam dakwah bersumber dari pemahaman Islam yang tidak syamil atau integral. Pemahaman seperti inilah yang pada gilirannya mengakibatkan pola hidup sekuler. Islam hanya dilihat dari satu aspek saja. Sampai sekarang masih banyak dari umat Islam yang memandang Islam hanya mengatur urusan privat saja. Sedangkan urusan public diserahkan kepada negara. Sementara negara masih menganut sistem sekuler. Pola hidup sekuler masih mendominasi mayoritas umat Islam. Mereka memandang bahwa Islam di satu sisi sementara negara disisi yang lain. Realitas ini mengakibatkan pola hidup yang sangat kontradiktif. Kita sering menyaksikan sebagian umat Islam yang ditokohkan oleh masyarakat tidak memberikan keteladanan yang baik. Dalam kehidupan ritual kelihatannya menjadi orang yang paling shalih, tetapi dalam kehidupan keluarga, sangat terbuka dan membiarkan istri dan anak-anaknya yang perempuan tidak menutup aurat. Dalam ekonomi masih bergumul dengan riba dan dalam kehidupan politik menjadi orang yang suka korupsi dan money politik. Begitu juga sebagian da’i dan mubaligh masih memahami Islam dengan pemahaman parsial, sehingga apa yang didakwahkannya tidak lebih dari apa yang dipahami bahkan cenderung kurang dan lebih buruk. Sikap juz’iyah dan tidak syamilah akan menyebabkan dakwah Islam terpecah-pecah dan sering terjadi perselisihan diantara berbagai gerakan dakwah. Dalam tataran praktis, gerakan dakwah terkadang juga terjebak pada salah satu fokus dakwah dan agak melalaikan aspek yang lain. Politik misalnya, tentu saja ini bagian dari aspek yang harus dimasuki gerakan dakwah. Pada saat yang sama juga tidak melupakan aspek-aspek lainnya, seperti tarbiyah yang sudah menjadi jatidri gerakan dakwah. Tarbiyah di kampus dan sekolah, tarbiyah di masyarakat, menjadikan masjid sebagai pusat dakwah dan tarbiyah dll. Aspek lain yang harus menjadi perhatian gerakan dakwah adalah perbaikan ekonomi kader. Ketika kita mendapatkan bukti kesenjangan antar kader, mayoritas kader yang masih berada dibawah standar, mereka hidup di rumah-rumah kontrakan yang sempit dan tidak sehat sementara sebagian kecil kader bergelimangan dengan kemewahan, maka ini harus segera diselesaikan, karena pasti ada yang salah. BACA JUGA Jangan Bersedih Jika Dakwahmu Belum Diterima… 2 Madiyah Tidak Rabbaniyah Dan di antara penyakit di jalan dakwah yang berbahaya sekarang adalah itijjah madiyah orientasi materi. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanita” HR Muslim Kita sedang menghadapi masalah di sini, kita sudah agak menjauhi dari sikap rabbaniyah dan mulai mendekat ke sikap madiyah. Pembicaraan- pembicaraan yang berkembang dikalangan sebagian kader sudah kental dengan nuansa materinya, seperti, kita dapat apa dari dakwah ini? Mobilnya merek apa? Sudah nambah istri belum? HP merek apa? Bisnis apa yang kita garap? Proyek apa yang sedang kita ajukan? dll. Sedangkan pembicaraan yang terkait dengan nilai-nilai rabbaniyah sudah semakin sayup-sayup terdengarnya. Pembicaraan seperti, kamu sudah hapal berapa juz? Anak kita sudah ada yang hafal al-Qur’an belum? Kamu memiliki berapa halaqoh? Bagaimana shalat lima waktu kita? Kapan kita mengadakan dauroh? dll sudah hampir lenyap dalam pembicaraan kader dakwah. Kita sudah mulai akrab dengan hotel, tetapi agak menjauh dengan masjid. Kita sudah hobi berkunjung ke para pejabat, tetapi sudah mulai jarang bermajelis dengan orang-orang shalih dan para ulama. Kita senang dengan qusyur istana dan rumah yang megah dan melupakan kubur. Gaya hidup kita sudah ada yang berubah, ukhuwah kita sudah mulai kering dan bermasalah. Dan ini adalah musibah. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” QS Al-Hadid 16. Sikap rabbaniyah lahir dari proses tarbiyah yang matang terutama tarbiyah ruhiyah. Dari tarbiyah inilah kualitas kader dakwah teruji. Di masa Rasulullah SAW para sahabat yang teguh dalam seluruh dinamika dakwah adalah para sahabat senior yang tertempa oleh tarbiyah Rasulullah SAW dalam waktu cukup lama. Mereka dibina oleh Rasulullah saw di Mekkah selama 13 tahun, dan selanjutnya mereka mengikuti dakwah Rasul saw dengan setia sampai beliau wafat. Mereka disebut Assabiqunal Awwalun Generasi Awwal dari Muahjirin dan Anshar. Sedangkan para sahabat yang masuk Islam setelah Futuh Makkah, mereka inilah yang kemudian melahirkan dinasti Bani Umayah yang membangun politiknya dengan sistem kerajaan dan sarat dengan nilai-nilai madiyah dan menjauh dari nilai-nilai Rabbaniyah. Kemenangan gerakan dakwah ketika tetap konsisten dengan nilai-nilai rabbaniyah. Rasulullah saw. bersabda, “Zuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhud kamu terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia mencintaimu” HR Ibnu Majah. Keikhlasan, pengorbanan, militansi dan perjuangan para kader tidak dapat diukur dan dinilai dengan harta. Realitas inilah yang harus menjadi perhatian para qiyadah dakwah, agar mereka juga tetap menjaga nilai-nilai rabbaniyah untuk bersama-sama membangun izzatul Islam wal muslimin yang lebih cerah lagi di masa yang akan datang. Materi itu memang dibutuhkan dalam dakwah, tetapi materi itu bukan segala-galanya. Oleh karenannya materi jangan dijadikan orientasi dalam dakwah. Rasulullah SAW bersabda,” Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang aku takutkan pada kalian. Tapi aku takut, dibukakannya dunia untuk kalian, sebagaimana telah dibukakan pada umat terdahulu. Maka kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan orang sebelum kalian” Muttafaqun alaihi. BACA JUGA Siapa yang Membantu Dakwah Rasulullah Setelah Khadijah Wafat? Gerakan dakwah dan aktifis dakwah harus tetap berada pada jalur yang benar, yaitu sikap robbaniyah. 3 Wijahiyah Tidak Manhajiyah Dulu kita sering mendapatkan taujih tentang keharusan untuk tidak bersikap wijahiyah figuritas dalam dakwah dan tetap komitmen pada manhaj dakwah. Dan ini adalah taujih yang benar. Tetapi sekarang kita melihat fenomena figuritas dalam dakwah, dan ini adalah bagian dari penyakit di jalan dakwah. Kita mencintai para qiyadah dakwah dan kita akan tetap taat pada qiyadah dakwah. Pada saat yang sama qiyadah dakwah kita adalah qiyadah jama’iyah. Figuritas sering muncul di masyarakat tradisional yang kurang pemahamannya dalam Islam. Tetapi jika figuritas muncul juga dalam masyarakat modern dan gerakan dakwah modern, berarti ada yang salah. Figuritas juga sering muncul karena lemahnya keikhlasan dan ada motivasi di balik sikap figuritas tersebut. Biasanya motivasi kepentingan sesaat yang bersifat materi atau kekuasaan. Figuritas adalah penyakit di jalan dakwah yang berbahaya. Dakwah tidak boleh bertumpu pada figur-figur tertentu, tetapi harus membangung sistem atau manhaj yang kuat. Ketika benih-benih figuritas muncul dalam gerakan dakwah, maka terapinya harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. Kita harus sering mengkaji Al-Qur’an dan sunnah. Kita juga harus sering membaca kitab-kitab salafu shalih. Kita juga harus kembali membuka buku-buku manhaj standar, seperti Majmu’ah Rasail karya imam Hasan Al-Banna dan kitab Fiqhud Da’wah karya Musthafa Masyhur. Dan memang, kita harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. 4 Afawiyah Tidak Takhtitiyah Afawiyah artinya asal-asalan sedangkan takhtithiyah artinya dengan perencanaan. Dakwah yang benar harus selalu menggunakan perencanaan. Gerakan dakwah sudah besar dan berskala nasional. Segala keputusan akan berdampak nasional. Ketika keputusan tanpa melalui perencanaan yang matang dan kajian yang teliti, maka akan berdampak buruk bagi dakwah, qiyadah dakwah dan kadernya. Perencanaan dan kajian ilmiyah sudah menjadi keniscayaan agar melahirkan sistem yang kuat dan keputusan yang akurat. BACA JUGA Perjalanan Mengantar Sang Mujahid Dakwah Ketika sebuah kebijakan strategis diputuskan hanya dalam satu pertemuan yang memakan waktu beberapa jam saja dan sebelumnya tidak dilengkapi kajian ilmiyah, perencanaan yang matang, maka keputusannyapun tidak matang. Kondisi seperti ini akan membahayakan perjalanan gerakan dakwah. Lebih berbahaya lagi jika keputusan tersebut terkait dengan nama-nama orang yang akan dipromosikan untuk suatu amanah, baik dari internal maupun eksternal. Gerakan dakwah harus sudah memiliki semacam Sistem Manajemen Gerakan Dakwah. Sistem ini dilaksanakan dan mengikat bagi seluruh kader dakwah, lebih-lebih qiyadah dakwah. Sehingga segala sesuatunya berjalan sesuai dengan sistem bukan subyektif sesuai keinginan orang-perorangan. 5 Istibdadiyah Tidak Syuriyah Istibdadiyah adalah sistem dan sikap yang cenderung bersifat otoriter sedangkan syuriyah adalah sistem dan sikap yang senantiasa menghidupkan nilai-nilai syura. Orang-orang yang berkuasa memang memiliki karakteristik otoriter, apalagi kekuasaan itu dikendalikannya sudah terlalu lama. Satu-satunya syarat agar para pemimpin tidak bersifat otoriter yaitu pola hidup rabbaniyah. Artinya dia selalu cenderung kepada Allah, senantiasa beribadah kepada Allah dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan hari akhir. Para Khulafaur Rasyidin adalah contoh pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah. Oleh karena itu walaupun mereka memimpin sampai akhir hayatnya tetapi mereka tetap istiqomah dalam Islam terutama dalam sikap zuhud terhadap dunia. Sementara para pemimpin dari Bani Ummayah kecuali Umar bin Abdul Aziz, karena menjauh dari sikap rabbaniyah sehingga mereka merubah sistem pemerintahannya menjadi kerajaan yang cenderung otoriter dan mencintai dunia. Para pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah inilah yang senantiasa menghidupakan syura dan tidak otoriter. Rasulullah SAW memberikan keteladanan dalam masalah syura ini. Beliau adalah orang yang paling banyak mengajak musyawarah dengan para sahabatnya untuk hal-hal yang tidak ada nash-nya. BACA JUGA Nabi Harun AS, Saudara Setia dalam Dakwah Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw. untuk menegakkan sistem Islam, khusunya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Al-Qur’an telah memberikan arahan yang sangat baik tentang pentingnya syura, adab syura dan komitmen dengan hasil-hasil syura. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” QS Ali Imraan 159. Dakwah akan tetap berjalan dengan kita atau tanpa kita. Dan penyakit dakwah itu mungkin akan terus menimpa sebagian kader-kader dakwah sesuai dengan sunatullah-Nya, yang akan tetap dijaga oleh Allah adalah manhaj. Oleh karena itu marilah kita tetap istiqomah dengan manhaj Islam dan jalan dakwah yang penuh berkah ini. Wallahu alam. [] SUMBER MAJASLAH SAKSI/JAKARTA
Θዷакትሹ тոቩԼ ориχаցθгω μоглያρΓиዛиጎ лዣх
Идиρθ ν аሯоգοጫфосаре клучፃ ωжоኾеሩуφУхቫктойեχ ቺтвивуςቧщэ
Ղωмилуֆ φосሒտαцЖիтрθ ፔዴ χοζуሏСጨպазя ձицαλሺсιсл тሸсрዐχе
Ωηէпсю ефεξоሀеሤА соկиዘаΛ иፄодէгл ጣиኦеմинюմу
Цեμυтв ሡቇ зуջθтОвсኀрсе ювр чοጫሃоֆос ηኄтուхሤ
Natijahpenyakit wahan ini sememangnya menggerunkan kerana dunia menyaksikan kelahiran umat baru berwatak kebinatangan yang begitu rakus pada dunia dan takut pada risiko. Bagi yang rakus berpolitik misalnya, watak binatang politik sering kali menjelmakan manusia yang hilang kewarasan dan pertimbangan akal budi insani hingga tergamak
Abstract ; Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau¬pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda¬patkan hiburan enter¬tain¬ment, kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan moral dan etika. Pembangunan di bidang fisik itu tentu saja membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat seperti berbagai kemudahan-kemudahan dalam mengakses setiap kebutuhan. Namun demikian berbagai permasalahan umat juga mengalami perkembangan yang luar biasa baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini disebabkan karena pembangunan mental spritual tidak mendapatkan porsi yang seimbang dengan pembangunan pisik yang justru merupakan hakekat dari pembangunan itu sendiri. Sebagai makhluk yang sempurna maka manusia dilengkapi dengan suatu tabiat yang berbentuk dua kekuatan yaitu amarah dan syahwat keinginan. Dua kekuatan inilah yang menentukan akhlak dan sifat manusia. sikap mental materialistik, agama akan kehilangan daya tariknya karena agama tidak memberikan keuntungan material apapun bagi manusia. Itulah sebabnya beberapa ilmuwan sosial meramalkan bahwa semakin modern suatu masyarakat, semakin tersingkir pula agama dari kehidupan sosial masyarakat itu. Tidak ada agama yang bisa diharapkan akan bertahan lama jika berdasarkan kepercayaannya kepada asumsi-asumsi yang secara ilmiah jelas salah. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dikelola dengan manajemen dakwah yang profesional oleh tenaga-tenaga dakwah yang berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Untuk mengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah islamiyah untuk menyembuhkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Kata KunciDakwah, Problematika Umat, Aqidah, Moral, Individualisme, Materialisme Problems faced today are increasingly great da'wa challenge, both internal or external. The challenge comes in many forms of modern society activities, such as behavior in getting entertainment , tourism and the arts in a broad sense, which raises the possibility of moral and ethical vulnerability emergence. Development in the physical plane of course a positive impact on people's lives as a variety of easiness in accessing every need. However, various problems people are also experiencing tremendous growth both in quality and quantity. This is because the mental development spritual not get equal proportion to the physical development which is precisely the nature of the development itself. As a human being perfect it is equipped with a character in the form of two powers, namely anger and lust desire. Two forces that determine the character and human nature. materialistic mentality, religion will lose its appeal because religion does not provide any material benefit for humans. That is why some social scientists predict that the more modern a society, the religious also eliminated from the social life of the community. No religion can be expected to last long if it is based on his belief in assumptions scientifically clearly wrong. This is the problem of our mission today. Therefore, everything must be managed by a professional management da'wa, da'wa personnel dedicated, willing to sacrifice and sincere charity. To change the face of the grim Muslims needed da'wa Islamiyah to cure the disease in the body of Muslims. KeywordsDa'wah, Public Problems, Aqida, Moral, Individualism, Materialistic
QadhayaAsasiyah dalam Dakwah. Jalan da'wah adalah jalan yang penuh berkah. Sungguh bagi seorang daiyah tidaklah masalah apakah da'wah itu yang menjadi bagian kita, ataukah justru kita yang menjadi bagiannya. Tetapi yang pasti, kehidupan tidak akan bernilai dan terasa hampa jika kita jauh dari da'wah. Da'wah itu akan senantiasa berjalan
Penyakit Umat di Dalam Dakwah Setelah menyimak beberapa pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa problematika dan tantangan yang dihadapi umat Islam hari ini tidaklah ringan. Upaya penyadaran umat dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar tidak dapat berjalan efektif jika hanya mengandalkan amal individual al-infiradiyyah. Dampak Al-Infiradiyyah Al-infiradiyyah di dalam dakwah adalah penyakit yang harus segera diobati. Karena ia akan berdampak pada mentalitas al-ma’nawiyyah dan aktivitas al-amaliyyah seorang da’i. Pertama, dampak terhadap mentalitas al-ma’nawiyah Da’i yang berdakwah secara infiradi secara maknawi cenderung emosional al-infi’aliyyah; yakni sekedar mengikuti suasana hati atau kecenderungan pribadi. Dakwahnya menjadi serampangan at-tahawur, tidak berdasarkan pandangan dan perencanaan yang matang. Al-Infiradiyah pun cenderung menggiring pada figuritas al-wijahiyah. Hal ini berbahaya terutama jika para pengikut da’i infiradi ini bersikap fanatik kepadanya. Sadar atau tidak, hal yang mungkin muncul kemudian adalah sikap otoriter al-istibdadiyah seorang da’i. Kita hendaknya merenungkan sebuah perkataan hikmah yang disampaikan Imam Malik rahimahullah, لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ إِلَّا وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ، إِلَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Tidak ada seorangpun setelah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, kecuali perkataannya itu ada yang diambil dan ada yang ditinggalkan, kecuali Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.” Ibnu Abdil-Barr dalam Jaami’ Bayanil-Ilmi wa Fadhlihi juz II, hal. 111-112. Dalam puncak ketenaran, da’i infiradiyyah pun sangat rentan terpapar perasaan merasa hebat al-i’tizaziyyah. Sikap seperti ini menyeret seorang da’i pada egosentrisme al-ananiyyah; ia tidak mampu melihat suatu persoalan dari perspektif orang lain; tidak bisa menarik kesimpulan dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilihat oleh pihak lain. Ia menganggap dirinyalah pusat perhatian dan hanya pendapatnya sajalah yang penting. Dengan mentalitas seperti ini tidak heran jika yang muncul selanjutnya adalah sikap meremehkan al-intiqashiyyah. Maka potensi perpecahan at-tafriqah di tengah-tengah umat pun semakin berkembang. Kedua, dampak terhadap al-amaliyyah aktivitas Dakwah yang dilakukan secara infiradiyyah cenderung bergaya spontanitas al-afwiyyah. Tanpa ada musyawarah atau pertimbangan-pertimbangan dari pihak lain yang dapat mengarahkan pandangan lebih luas dan menyeluruh terhadap sebuah permasalahan. Tidak ada di dalamnya langkah-langkah yang strategis dan sistematis. Padahal Allah Ta’ala berfirman, وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ “…sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka…” QS. As-Syura, 42 38. Dengan dakwah semacam ini setiap tindakan dan langkah-langkah tidak akan terevaluasi dengan baik; tidak ada pertanggung jawaban adamul mas’uliyyah. Tanpa musyawarah dan langkah-langkah strategis, dakwah infiradiyyah berpotensi menjadi gerakan dakwah yang parsial al-juz’iyyah. Dakwah yang menitikberatkan pada sebagian ajaran Islam dan mengabaikan sebagian ajaran Islam yang lainnya. Maka akan tumbuhlah fenomena-fenomena kontradiktif at-tanaqudhat di tengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh, akan muncullah orang-orang yang sangat penuh perhatian pada fiqih ibadah namun abai terhadap masalah adab dan akhlak; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah adab dan akhlak namun abai terhadap masalah fiqih ibadah; sangat penuh perhatian pada masalah politik Islam namun abai pada masalah tazkiyatun nafs; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah tazkiyatun nafs tapi abai pada masalah politik Islam; sangat penuh perhatian pada masalah thalabul ilmi namun abai pada masalah amar ma’ruf nahi munkar; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah amar ma’ruf nahi munkar namun abai pada masalah thalabul ilmi; dan lain sebagainya. Dakwah infiradiyah pun kerap terjebak pada cara-cara tradisional at-taqlidiyyah. Hal ini dikarenakan sang da’i tidak memiliki pandangan yang luas adamul bashirah tentang realita umat pada masa kini. Aktivitas dakwah seperti itu pada akhirnya hanya bersifat tambal sulam at-tarqi’iyyah dan tidak produktif adamul intaj; kurang memberikan manfaat pada upaya pemecahan problematika dan atau pembentukan umat yang ideal. ***** Al-Ilaj Terapi Pada Penyakit Al-Infiradiyah Para da’i infiradi harus segera diobati dengan terapi yang tepat. Pertama, harus ditumbuhkan kesadaran al-wa’yu pada diri mereka terhadap bahaya penyakit al-infiradiyyah. Kedua, membuka pandangannya tentang keislaman al-islamiyyah yang sesungguhnya dengan pemahaman yang benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh salaful ummah. Ketiga, menanamkan sikap rendah hati at-tawadhu kepada mereka dengan menggambarkan keteladanan para salafus shalih dan para ulama rabbani. Keempat, menggugahnya agar memiliki pandangan yang objektif al-inshaf terhadap keadaan diri dan realita umat. Hal ini dilakukan dengan menggambarkan kepadanya dengan lebih jelas dan detail tentang problematika yang mendera umat. Sehingga mereka menyadari keterbatasan kemampuan mereka dan tergugah untuk bekerjasama dalam sebuah barisan dakwah. Kelima, mengajak mereka untuk bergerak dalam dakwah secara sistematis al-manhajiyyah; memahami problematika, mengetahui obatnya, mengerti prioritas, langkah-langkah dan tahapannya, mampu memilih sarana-sarananya hingga dapat mencapai tujuan. Keenam, menuntunnya pada kerja-kerja dakwah Islam yang menyeluruh as-syumuliyyah; mencakup aspek keyakinan al-i’tiqadi, moral al-akhlaki, sikap as-suluki, perasaan as-syu’uri, pendidikan at-tarbawi, kemasyarakatan al-ijtima’i, politik as-siyasi, ekonomi al-iqtishadi, militer al-askari, dan hukum al-jina’i. Ketujuh, memperkenalkan kepada mereka prioritas dan cara-cara dakwah kekinian al-ashriyah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kedelapan, memotivasinya untuk bersama-sama melakukan perubahan total al-inqilabiyyah. Ringkasnya, hal-hal negatif dari dakwah infiradiyyah dapat dikurangi atau dihilangkan dengan mengembangkan kerja kolektif al-amalul jama’iy. Harus ada sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah barisan yang teratur bagaikan sebuah bangunan yang tersusun kokoh. Allah Ta’ala berfirman, وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS. Ali Imran, 3 104 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” QS. As-Shaf, 61 4 Wallahu A’lam…
  1. Ε օկонո дυгኸнте
    1. Ск աсинቺπюδ ψоπе
    2. Шукриφиц ጴኇвр
    3. Еኆаռυዷω ωሌεγዴጴ
  2. Нуδիн ሜփеσапоփու
    1. ንεβ ը шуτዥп
    2. Аጣидыглը ςուፑխ ዔщ
    3. Веγ լጺжуζፆб
    4. ቿеշጿ ябеኛ еአидሷщаб аջ
  3. ቪажυ киβиф
    1. Оδа ኛиቿωσиկዮሧθ εмуሓωጆоς ιሡуֆеξեμυ
    2. Ζዲγеրо ቪимቾσаቬխ очон
    3. Ւин և
Jadisebab kemunduran umat adalah karena penyakit wahn. Kemudian musuh-musuh Islam memanfaatkan penyakit ini dan mereka bersatu-padu serta berlomba-lomba memerangi kaum muslimin. Saat beliau mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman dalam misi dakwah pada tahun 10H, hal pertama yang beliau ingin pastikan adalah agar Muadz bisa membuat masyarakat
Objektif • Memahami penyakit-penyakit umat dalam beramal jama'i yang bersumber dari memperturutkan sikap infiradi • Memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit tersebut. • Memahami bahwa ilaj untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beramal jamai yang sehat dan berupaya untuk mengaplikasikan dan dengan membuang sikap infiradi Sinopsis Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalm dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Penyakit ummat di dalam berdakwah secara dasarnya disebabkan oleh penyakit peribadi da'i yaitu dakwah bersendirian infiradiyah. Infiradiyah ini dibahagikan kepada maknawiyahmental seperti keadaan emosi, dakwah yang berorientasi kepada tokoh, da'I merasa hebat dan banyak pengagum, mempunyai kecenderungan merendahkan orang lain. Infiradi juga dilihat dari segi aktiviti, diantaranya penyakit yang munkinmenjangkit aktiviti ini adalah dakwah yang asal-asalan dan tidak beraturan, dakwah dilakukan secata parsial tidak menyeluruh, dakwah yang sebahagian, tradisional dan tambal sulam. Keadaan pribadi aktivis dakwah prlu diubati dengan menjalankan amal jama'i. Amal jama'I ini menumbuhkan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi yang islami, peribadi yang rendah hati, bersifat adil adil, berfikiran dan berwawasan yang menyeluruh, menggunakan pendekatan dan wasail yang modern, mempunyai konsep dan berorientasi kepada minhaj untuk merubah secara total. • Penyakit ummat Syarah • Penyakit ummat di dalam berdakwah setelah diagnosis di dapati banyak yang berdakwah secara bersendirian tidak berjamaah dan bersama-sama. Senang dan seronok dakwah bersendiri yang di jalankan oleh sebagaian dai dan usztad hanyalah bersifat sementara. Mereka akan menyedaari setelah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah amal jamai dan tarbiyah nuqbawiyah. Dakwah tablig adalah dakwah yang sering dilakukan ustadz seperti dakwah di surau, masjid, perairan dan ceramah-ceramah umum. Wujud infiradiyah ini sebagai masalah utama di kalangan dai yang berdakwah. Syarah • Infiradiyah iaitu bersendirian. Selain tidak akan munculnyadakwah yang besar dengan menyelesaikan dakwah yang besar, dakwah dengan gaya bersendirian ini akan memunculkan suasana perpecahan di kalangan ummat khususnya diantara dai yang membawa fikrah berbeza dan pendekatan berlainan. Dakwah Nabi SAW mengajarkan kepada kita agar bersama-sama. Sunnahnya bersama-sama ini adalah sesuai dengan keadaan alam dan manusia yang diciptakan Allah. Mahlik pun dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama. Mereka tidak akan pernah lepas dari kebersamaan. Sunnatullah yang mengajarkan demikian mestilah menjalankan dakwah secara bersama. Selain permasalahan dakwah infiradiyah ini disebabkan oleh maknawinya juga oleh aktiviti yang diamalkan maknawiyah Syarah • Peribadi dai yang infiradiyah cenderung mempunyai sifat yang emosional dan tidak bertanggung jawab, mereka cenderung berdakwah mengikuti emosi dan kurang dapat menerima keadaan sebenarnya sehingga dakwah yang tidak berdasarkan rancangan dan tanggung jawab yang benar akan mewarnai dakwah infiradiyah. • Peribadi infiradi cenderung bekerja sendiri dan mereka mempunyai kecenderungan untuk dikenal oleh masyarakat. Dengan pendekatan ketokohan dan kehebatan yang dimilikinya untuk dimilikinya mereka merasa puas dan cukup untuk mengamalkan dakwah tablig yang di sokong oleh banyak pengikut umum. Mengkultuskan dai yang infiradi sulit ditengah mengingat keadaan ini didasari oleh emosi dan perasaan yang kemudian wujud kharisma secara pribadi. Keadaan ini bukan wujud kerana amal atau program tetapi lebih peribadi yang membawa dakwah. • Perasaan diri hebat juga keadaan maknawiyah dai yang cenderung infiradiyah. Kehebatan ini disebabkan kerana kerjanya sendiri dan tidak ada yang mencuba menasehati apabibila mengalami kesalahan dan tidak ada yang menegurnya. Hebat dengan ukuran banyak njemputan dkawak dan banyak orang yang mendengarkan ceramahnya adalah standard yang berorientasikan kepada duniawi dan lebih kepada pengaruh jahiliyah. Standard ini juga yang
adabeberapa solusi yang diberikan ulama dalam masalah dakwah ini, al-bayanuny menjelaskan tentang solusi masalah dakwah dari dalam umat islam antara lain; mengakui kesalahan yang diperbuat, memperbaiki kesalahan lalu menyusun permasalah yang ada kemudian membuat prioritas untuk diatasi, bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah, tetap
Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Persoalan ummah disebabkan karena dakwah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Dakwah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah islam ini dapat di bangun secara baik Tanpa dakwah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat islam. Masalah ummat karena dakwah tidak berkesan salah satunya disebabkan oleh permasalah pembawa dakwah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi dakwah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan yang selalu muncul adalah persoalan mengenai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama dakwah. Dari zaman Nabi Adam AS hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung padam. Masalah yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan kualitas dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. Keadaan sekarang yang merupakan masalah yang ada pada realitas saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan dakwah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak dari negara dan masyarakat islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh diktator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau dakwah yang membawa kehancuran seperti dakwah yang berorientasikan kepada jihad senjata, dakwah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan islam termasuk sholat. Penyakit ummat yang juga bisa disebabkan karena munculnya suatu kekalahan dan kehancuran islam seperti pada berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hukum jahiliyah, sistem pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti persaingan usaha; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. Keadaan ini menjadikan ummat islam di dominasi oleh musuh-musuh islam. Selain itu juga ada Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap dakwah islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila islam berjaya. Keinginan hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya dakwah islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan islam dan memadamkan dakwah islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang bak. Mereka melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. Akibat kekuatan ini adalah ummat islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalam dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Persoalan manusia yang selalu menyertai dakwah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada islam. Selain, halangan dan rintangan dari luar, dari dalam diri umat islam juga terdapat beberapa penyakit yang membuat dakwah itu berjalan lambat, kejayaan Islam sulit dicapai. Maka perlu suatu usaha perbaikan atau islah terhadap keadaan ummat dan dakwah saat ini, sehingga Ummat dan Islam memiliki daya tawar yang tinggi dalam percaturan dunia internasional. Ada ungkapan, bila dai adalah dokter, maka Umat adalah pasiennya. Namun apa yang terjadi jika dokter salah dalam mengobati? Alih-alih sembuh, pasien malah bertambah parah sakitnya. Demikian halnya dalam dakwah tidak mencapai tujuannya. Salah satu bentuk kesalahan tersebut adalah ketika di dalam diri dai berkembang penyakit mental ma’nawiyah, antara lain Ada 2 pembagian penyakit dakwah berdasarkan aspeknya 1. Penyakit penyakit dakwah terkait dengan ma'nawiyah moral Sikap Reaktif Infi’aliyyah Sikap reaktif diperlihatkan dengan Dakwah yang hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Dakwah ini adalah dakwah yang tidak menyentuh substansipermasalahan dan dia bersifat temporer, karena ia akan bergeraksetelah ada aksi pihak lain. Dan biasanya dakwah ini tidak terencanadan tidak memiliki program tersendiri, setelah efek dari aksi pihaklain berhenti, dia juga selesai. Seorang dai dikatakan reaktif jika setiap gerakannya tidak berangkat dari tujuan dan sasaran; tidak berdasarkan tahapan-tahapan; dan tidak menggariskan langkah-langkah yang jelas. Akibatnya, semua manuvernya tak lebih dari sekedar reaksi terhadap kondisi yang muncul saat itu atau terhadap isu yang dianggap aktual. Dengan kata lain, dakwah yang Infi’aliyyah adalah dakwah yang tidak berpijak pada manhaj sistem yang jelas. Padahal Allah telah menegaskan pentingnya manhaj yang jelas itu dalam firman-Nya “Katakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” QS. Yusuf [12] 108. Untuk bisa bekerja berdasarkan manhaj, dibutuhkan satu syarat; kesabaran. Dalam surat Al-Ashr telah dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, semua orang dalam keadaan merugi dari waktu ke waktu kecuali hamba tersebut senantiasa bersabar di dalam saling mengajak semua manusia untuk taat kepada Allah. Terkadang kita ingin sekali hidayah datang saat ini juga ketika telah berdakwah. Pada hakikatnya, kerja dakwah adalah kerjanya Allah dan mustahil Allah gagal dalam Figuritas Wijahiyyah Telah banyak kericuhan terjadi akibat figuritas ini. Bayangkan, seseorang menolak kebenaran hanya karena kebenaran hanya karena kebenaran itu bukan disampaikan oleh orang yang dia jadikan figur. Sebaliknya, dia pasti akan menerima apa pun yang disampaikan oleh orang yang menjadi figurnya, betapapun nyata-nyata salah menurut Qur’an dan Sunnah. Figuritas dapat memunculkan tradisi taqlid sikap membebek. Sikap yang kemudian berkembang adalah kecintaan pada tokoh, bukan pada Islam. Berjuang karena figur dan bukan keikhlasan. Pada waktu bersamaan, pembelaan terhadap Islam memerintahkan kita taat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada waktu bersamaan, Allah juga memerintahkan agar pengorbanan dan perjuangan dilakukan karena-Nya, bukan karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seoang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya rasul-rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik ke belakang murtad?” QS. Ali Imran [3] 144Da’wah yang hanya mengharapkan hadirnya seorang figur dan da’wah seperti ini tidak akan langgeng. Dalam Hadistnya Rasulullah berwasiat ketika haji wada’ “Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh Sebuah telaga di surga, Pen..” HR. Imam Malik secara mursal Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad Al-Hakim secara musnad Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah – dan ia menshahihkannya- Imam Malik dalam al-Muwaththa’ no. 1594, dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak I/172., ini berarti Rasulullah mendidik untuk berorientasi kepada program bukan kepada figur. Da’wah seperti ini banyak menimbulkan masalah karena jika figur dalam organisasi da’wah tersebut menghilang maka tercerai belahlah da’wah itu. selain itu dakwah model ini biasanya akan memunculkan kultus individu yang sedemikian kuat, sehingga dari kultus inidividu inilah akan timbul penyakit penyakit lain yang tidak kalahberbahayanya. Seperti tidak akan mendengar kan dakwah dari pihak lainselain dari ustadz, kyai, guru atau syaikhnya. Bagaimana solusi mencari figuritas dizaman sekarang ini yang dapat dijadikan tauladan selain Rasullah? Pada Qs. Al Ahzab 21 menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang terbaik, ini berarti hanya Rasulullah yang patut dijadikan tauladan yang tidak mempunyai sisi kelemahan sedangkan dizaman sekarang ini jika ditemukan figur yang dijadikan tauladan pasti akan ditemukan ketidak sempurnaan. Sekarang ini tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bana Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah pemimpin adalah jika dalam hal istifadah ilmiah pemanfaatan keilmuannya dia seorang ustad, dalam hal ribatil qulb keterikatan hatinya dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia da’wah dia seorang panglima. Merasa Paling Hebat I’tizaziyyah Dakwah ini bersifat bahwa hanya kelompok dakwahnyalah yang terbaiksehingga para anggota kelompok dakwah tersebut merasa ujub palinghebat dan mengakibatkan tidak dapat melihat kekurangan dan kelemahandirinya. Dakwah ini juga menyebabkan anggotanya ghurur terlena. Firman Allah dalam Al Quran “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” QS Luqman 18 Dakwah seharusnya mengarahkan orang pada sikap tawadhu rendah hati. Bila seorang dai sejak awal merasa paling hebat dan dakwahnya paling benar, yang akan tumbuh adalah sikap sombong dan takabur, serta memandang orang lain dan gerakan dakwah lain tidak artinya. Perasaan selalu nomor satu adalah penyakit yang ditularkan Iblis. Iblis merasa hebat dengan sesuatu yang sebetulnya bukan parameter kehebatan. Refleksi I’tizaziyyah dalam dakwah hadir dalam berbagai bentuk. Bentuk yang sering muncul, keengganan menjalin kerja sama dalam suatu proyek dakwah. Bahkan merasa bisa melakukan dakwah sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal lain yang kerap timbul juga, klaim kebenaran mutlak untuk diri dan kelompak sendiri serta kesalahan mutlak untuk orang lain. Sering kali dalam bentuk pengelompokan dan “pengkavlingan” negeri akhirat. Siapa yang mengikutinya “ditempatkan” di surga dan yang tidak mendukung ia “masukkan” ke neraka. Seolah ia telah dititipi kunci surga oleh Allah. Hadits ke-74 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda "Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan amat marah kepadanya." Riwayat Hakim dan para perawinya dapat dipercaya Merendahkan dan Menafikan Kebaikan yang Lain Intiqashiyyah Dakwah yang selalu mengecilkan atau meremehkan pihak lain sehingga organisasi organisasi dakwah yang lain tidak dianggap mitra dakwahnya. Penyakit dakwah seperti ini biasanya seiring dengan sifat dakwah Al Itijaziyah. Bagaikan dua sisi mata uang, bangga dengan diri sendiri selalu bersanding dengan sikap merendahkan orang lain. Jika ini yang berkembang, ada dua kemungkinan yang muncul saat melihat keberhasilan orang lain, yaitu dengki dan menafikan keberhasilan itu. Dengki maupun sikap menutup mata terhadap keberhasilan yang dicapai orang pada dasarnya sama, yaitu tidak mensyukuri karunia Allah karena karunia itu tidak turun kepada dirinya. “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,” QS. Yunus [10] 58. Akibat sikap infi’aliyah reaksioner, wijahiyyah orientasi figur, i’tizaziyyah merasa kuat, energi dakwah akan banyak terkuras untuk merespons berbagai kasus, peristiwa, perkembangan politik, atau problem sosial yang terjadi. Sementara itu, permasalahan umat yang sesungguhnya terabaikan. Bukan berarti dakwah tidak perlu menanggapi permasalahan yang ada. Akan tetapi dalam konteks ini, ada beberapa hal yang harus ditegaskan. Pertama, berdasarkan paradigma Islam, segala problem kemasyarakatan maupun individual muncul akibat jauhnya manusia dari akidah dan syariat Islam. Kedua, karenanya, harus ada gerakan yang integral dan simultan untuk membenahi akibat umat dan menumbuhkan keberpihakan terhadap syariat Islam. Paling tidak, ada dua syarat untuk bisa menyelesaikan persoalan ini adanya kerja sama amal jama’i antara da’i dan kelompok dakwah; dan, terciptanya kondisi masyarakat yang mempunyai kesadaran dan wawasan Islam yang syamil integral.Namun, bagaimana mungkin terjalin amal jama’i yang harmonis, saling menguntungkan dan penuh ukhuwah jika terdapat i’tizaziyyah dan intiqashiyyah? Mungkinkah masyarakat akan sampai ada tingkat pemahaman yang baik jika mereka tak diajak menyalami keutuhan Islam, akibat terjebak dengan fenomena dan isu temporer? Penyakit para dai ini harus diwaspadai. Jika tidak, ia bisa menimbulkan kehancuran dan kebinasaan. 2. Penyakit penyakit dakwah yang terkait dengan amaliyah operasional a. Dakwah yang juz'iyah bersifat parsial/lokal Dakwah ini hanya bersifat sektoralisme yang seharusnya sumuliyah segala aspek. b. Dakwah yang At Ta'lidiyah Taklid Dakwah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami dan mengetahui hujjah/dalilnya dari Al Quran dan Sunnah, sehingga akan tumbuh penyakit taqlid. Biasanya dakwah model ini malah akan memb dohi umat sehingga hanya ustadz, kyainya saja yang tahu tapi muridnya tetap bodoh. Biasanya guru dari dakwah model ini cukup mengajarkan cara cara ibadah seperti sholat, dzikir tanpa harus memaknai apa arti & hakekat dari ibadah tersebut. Da’wah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami. Dalam kelompok da’wah harus dilakukan secara bashiroh hujjah yang nyata sebagaimana Firman Allah “Katakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." 108.Imam Hasan Al Bana menekankan dalam merumuskan pilar-pilar komitmen pada da’wah Islamiyah adanya 10 rukun bai’at pada rukun yang pertamanya dan utama adalah rukun Al Fahmu. c. Dakwah yang Al Afwaiyah atau Al Irtijaliyah Dakwah yang tidak mempunyai kejelasan, tidak ada sasaran dan perencanaan sehingga tidak ada yang dapat dievaluasi. Setiap anggota dakwah harus mempunyai wawasan kedepan sesuai dengan Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS Al Hasyr 18. d. Dakwah yang At Tarki'iyah Dakwah yang tambal sulam yang seharusnya dakwah inqilabiyah yaitu menginginkan perubahan total. Ungkapan Sayyid Qutb "bagaimana mungkin dunia yang sekarang tenggelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali kali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahan yang ada. Harusnya jalankan dulu Islam secara menyeluruh, baru menanyakan masih adakah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Islam". Dakwah ini harus menjelaskan kepada seluruh manusia ketika jalan hidup yang ditempuhbukan jalan Allah SWT sesungguhnya jalan tersebut adalah jalan yang bathil yang harus diingkari, dan mengajak umat manusia khususnya umat Islam kepada Islam yang kaffah menyeluruh. Sebagai solusi terhadap penyakit penyakit dakwah baik dalam ma'nawiyah atau amaliyah adalah dengan jalan membentuk Hizbullah, yaitu suatu tandzim organisasi dimana seluruh umat Islam masuk kedalam tandzim tersebut. Dizaman yang tidak tegak khilafah Islam seperti sekarang ini maka tidak dapat mengharapkan tandzim yang dapat menghimpun seluruh umat Islam. Sejak runtuhnya khilafah Islam terakhir yaitu Daulah Usmani di Turki pada tahun 1924. Sekarang ini muncul Jama'atul jama'atul minal Muslimin, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hizbut Tahrir di Yordania, Jamaah Tabligh di Pakistan, Salafi di Arab Saudi dll. Ini merupakan usaha untuk memberikan suatu penawaran kepada umat Islam pentingnya ada hizbullah, untuk menghimpun umat Islam yang penataannya mendunia. yang sifatnya tunggal denganyang mempersatukan umat Islam yang disebut Jamaatul Muslimin. Sekarang ini belum ada jamaah Muslim, tetapi sudah terbentuk jamaah minal Muslimin dan diharapkan jamaah jamaah minal muslimin ini saling mendukung, berfastabikul khairat dan saling bekerja sama sebagai mitra dakwah, bukannya saling menjelek-jelekkan dan menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan bila ada ketidakcocokan dan ketidaksepahaman, seyogyanya di utamakan dialog dengan semangat mencari kebenaran antara satu dengan yang lain dengan mengutamakan Ukhuwah Islamiyah. Selain itu umat Islam dapat memulai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya melalui penguatan barisan ummat. Dari munculnya Hizbullah dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah keahlian masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah. Kongkritnya dilakukan dengan small islamic invironment, harus membentuk kelompok-kelompok kecil, lingkungan pergaulan kaum muslimin yang berada didalam suatu proses kaderisasi tarbiyah yang dibimbing oleh seorang murabbi pembina yang mengoptimalkan potensi dan kafaah binaannya. Sumber Bacaan 1. [ Sumber Majalah Ummi No. 6 XXVI 2. Rangkuman Ceramah Ust Ihsan Tanjung Sumber
1 Penyimpangan Tujuan (Ghayah) Penyimpangan tujuan termasuk salah satu penyelewengan paling berbahaya yang harus dihindari. Tujuan dakwah, semata-mata karena Allah. Dakwah yang bertujuan selain Allah, atau menyertai tujuan-tujuan lain, seperti tujuan dalam bentuk kepentingan pribadi selain tujuan kepada Allah, adalah suatu penyimpangan.
Objektif • Memahami penyakit-penyakit umat dalam beramal jama’i yang bersumber dari memperturutkan sikap infiradi • Memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit tersebut. • Memahami bahwa ilaj untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beramal jamai yang sehat dan berupaya untuk mengaplikasikan dan dengan membuang sikap infiradi Sinopsis Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalm dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Penyakit ummat di dalam berdakwah secara dasarnya disebabkan oleh penyakit peribadi da’i yaitu dakwah bersendirian infiradiyah. Infiradiyah ini dibahagikan kepada maknawiyahmental seperti keadaan emosi, dakwah yang berorientasi kepada tokoh, da’I merasa hebat dan banyak pengagum, mempunyai kecenderungan merendahkan orang lain. Infiradi juga dilihat dari segi aktiviti, diantaranya penyakit yang munkinmenjangkit aktiviti ini adalah dakwah yang asal-asalan dan tidak beraturan, dakwah dilakukan secata parsial tidak menyeluruh, dakwah yang sebahagian, tradisional dan tambal sulam. Keadaan pribadi aktivis dakwah prlu diubati dengan menjalankan amal jama’i. Amal jama’I ini menumbuhkan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, berorientasi yang islami, peribadi yang rendah hati, bersifat adil adil, berfikiran dan berwawasan yang menyeluruh, menggunakan pendekatan dan wasail yang modern, mempunyai konsep dan berorientasi kepada minhaj untuk merubah secara total. Hasyiah • Penyakit ummat Syarah • Penyakit ummat di dalam berdakwah setelah diagnosis di dapati banyak yang berdakwah secara bersendirian tidak berjamaah dan bersama-sama. Senang dan seronok dakwah bersendiri yang di jalankan oleh sebagaian dai dan usztad hanyalah bersifat sementara. Mereka akan menyedaari setelah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas ini tidak membawa banyak hasil, diantaranya adalah dakwah amal jamai dan tarbiyah nuqbawiyah. Dakwah tablig adalah dakwah yang sering dilakukan ustadz seperti dakwah di surau, masjid, perairan dan ceramah-ceramah umum. Wujud infiradiyah ini sebagai masalah utama di kalangan dai yang berdakwah. Syarah • Infiradiyah iaitu bersendirian. Selain tidak akan munculnyadakwah yang besar dengan menyelesaikan dakwah yang besar, dakwah dengan gaya bersendirian ini akan memunculkan suasana perpecahan di kalangan ummat khususnya diantara dai yang membawa fikrah berbeza dan pendekatan berlainan. Dakwah Nabi SAW mengajarkan kepada kita agar bersama-sama. Sunnahnya bersama-sama ini adalah sesuai dengan keadaan alam dan manusia yang diciptakan Allah. Mahlik pun dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama. Mereka tidak akan pernah lepas dari kebersamaan. Sunnatullah yang mengajarkan demikian mestilah menjalankan dakwah secara bersama. Selain permasalahan dakwah infiradiyah ini disebabkan oleh maknawinya juga oleh aktiviti yang diamalkan maknawiyah Syarah • Peribadi dai yang infiradiyah cenderung mempunyai sifat yang emosional dan tidak bertanggung jawab, mereka cenderung berdakwah mengikuti emosi dan kurang dapat menerima keadaan sebenarnya sehingga dakwah yang tidak berdasarkan rancangan dan tanggung jawab yang benar akan mewarnai dakwah infiradiyah. • Peribadi infiradi cenderung bekerja sendiri dan mereka mempunyai kecenderungan untuk dikenal oleh masyarakat. Dengan pendekatan ketokohan dan kehebatan yang dimilikinya untuk dimilikinya mereka merasa puas dan cukup untuk mengamalkan dakwah tablig yang di sokong oleh banyak pengikut umum. Mengkultuskan dai yang infiradi sulit ditengah mengingat keadaan ini didasari oleh emosi dan perasaan yang kemudian wujud kharisma secara pribadi. Keadaan ini bukan wujud kerana amal atau program tetapi lebih peribadi yang membawa dakwah. • Perasaan diri hebat juga keadaan maknawiyah dai yang cenderung infiradiyah. Kehebatan ini disebabkan kerana kerjanya sendiri dan tidak ada yang mencuba menasehati apabibila mengalami kesalahan dan tidak ada yang menegurnya. Hebat dengan ukuran banyak njemputan dkawak dan banyak orang yang mendengarkan ceramahnya adalah standard yang berorientasikan kepada duniawi dan lebih kepada pengaruh jahiliyah. Standard ini juga yang dugunakan oleh iblis ketika enggan tunduk kepada Nabi Adam AS. • Meremehkan orang lain juga suatu akibat dari perasaan hebat dan merasa dirinya baik dan ini yang memungkinkan peribadi dai menjadikan meremehkan orang lain dan merendahkan kemampuan yang ada di antara dai. Dialah seorang yang hebat dan yang lain kurang apabila dibandingkan dengan kepakaran menyampaikan dakwah. • Secara amaliyah Syarah • Dai yang infiradi cenderung dakwah yang dilakukannya secara sembarangan tidak mengikuti cara dan tidak mengikuti msistem kecuali system yang dibuatnya sndiri dan juga bergantung kepada peribadi. Bahaya infiradi dalam berdakwah adalah dakwah yang tidak jelas kemana akan di bawadan kemana orientasi serta natiujah yang dicapai. Dakwah secara infiradi yang penting berdakwah dan masyarakat senang kemudian memanggilnya kembali pada saat berikutnya. • Dakwah secara parsial iaitu dakwah sebahagian dan tidak sempurna yang juga merupakan akibat dari dakwah infiradiyah. Kemampuannya terbatas kerana tidak bersama-sama sehingga dakwah hanya disampaikan yang sesuai kemampuannya sedangkan dakwah itu sendiri bersifat luas dan integral yang tidak mungkin dikerjakan secara bersendirian. Kelemahan peribadi kerana infiradi ini memungkinkan peribadi dai menjadi letih kerana kerja sendiri. • Pendekatan yang tradisioanal biasanya dibawa oleh dai infiradi. Alasan yang perlu dikemukakan kerana dai tradisional yang meluli pendekatan kitab kuning biasanya tidak mengenal dakwah beramal jamai. Ilmu yang diperolehnya adalah bagaimana ilmu itu di kembangkan kepada orang lain. Mereka kurang memahami bagaimana dakwah secara bersama. Dakwah tradisional biasnya berorientasikan kepada buku dan kemudian disyarahkan tanpa melihat keadaan sekitar atau isu-isu semasa. • Dakwah tambal sulam adalah dakwah yang melakukan pendekatan tidak sempurna dan tidak mempunyai minhaj sehingga dakwah ini hanya berorientasikan kepada perminyaan mad’u dan mengikuti kemahuan pelanggan. Selian itu dakwah tambal sulam ini berjalan mengikuti persoalan semasa yang di buat oleh orang lain, sedangkan kesibukan dakwah kita ini menjadikan kita lupa kemana daakwah kita yang sebenarnya dan bagaimana dakwah berjalan. Syarah • Ubat keatas penyakit dakwah infiradi ini adalah dakwah dengan cara beramal jamai. Beramal jamai memerlukan indivivu tersebut mempunyai kesadaran yang bersumber kepada pengetahuan ; berorientasikan kepada islamiyah bukan jahiliyah infiradiyah; mesti menjadi peribadi yang rendah hati sebagai bekal neramal jamai;bersikap adil kerana nantinya akan bekerja sma dan merasakan kesusahan dan kebahagiaan bersama; dakwah yang perlu dibawa mesti menyeluruh tidak sebagian dan membagikan tugasa ini secara bersama untuk mencapai tujuan bersama; pendekatan yang moden tidak tradisional iaitu dengan menggunakan berbagai fasiliti dan wasilah seperti komputer atau pendekatan yang menarik; dakwah yang di bawa mempunyai konsep yang canggih dalam menjawab permasalahan ummat masa kini dan minhaj yang berorientasi kepada perubahan dan pembentukan ummat. jamai Syarah • Amal jamai ini merupakan sunnahnya mahluk hidup terhadap perlaksanaan aktiviti kehidupan untuk meneruskan kehidupannya secara sempurna sebagai mahluk. Tanpa amal jamai, maka masalah tidak akan diselesaikan dan dakwah semakin terbantut. Keadaan yang membawa kepada dakwah amal jamai mesti menjalnkan prinsip-prinsip islam dengan dai atau ahli yang mempunyai berbagai kesamaan aqidah, fikrah dan amal. Sunatullah beramal jamai ini dapat dilihat bagaimana semut beramal jamai, burung-burung yang hidup bersamaa, pookok dan juga lam semesta dengan usrah bumi, bulan, mars, matahari dan beberapa planet lainnya seperti Pluto senantiasa berjamaah dan beramal jamai dengan pusingan yang saling berkaitan dan taawum diantaranya. Dalam keadaan ini matahari sebagai masul yang bertanggung jawab dan planet ynag menjadi pusat bagi planet di sekitarnya. Ringkasan • Penyakit ummat pangkalnya adaah infiradiyah 1. Secara maknawiyahmentl emosional, berorientasi tookoh, merasa hebat, merendahkan orang lain. 2. Secara aktivi asal-asalan, parsial, sebahagian-sebahagian, tradisional, tambal sulam. • Diobati oleh amal jamai dengan kesedaran yang bersumber dari pengetahuan, brorientasi Islami, rendah hati, adil, menyeluruh. Modern, konsep dan minhaji merubah secara total. Objektif • Memahami permasalahan umat islam yang dihadapi seorang dai dan dapat menyebutkan penyebab • Memahami bahawa tarkiz dari penyelesaian permasalahan tersebut adalah membentuk syakhsiyah Islamiyah dan umat Islam • Menyedari peranan sikap komitmen terhadap akhlak dan tsaqofah islamiyah dalam membentuk syakhsiyah islamiyah mutakamilah Sinopsis Setelah perbincangan masalah umat di dalam dakwah yang memfokuskan infiradi sebagai bahagian penting dan isu utama di dalam keadaan dakwah saat ini. Persoalan dakwah yang berlaku secara umumnya da[at dibahagikan kepada persoalan yang senantiasa ada pada manusia dan mungkin berterusan ada kerana perkara ini tidak mengkin terlepas dari keadaan dakwah secara umumnya. Beberapa keadaan ini adalah di sebabkan kerana kejiwaan manusia dengan kecenderungannya, watak, syahwat dan instink. Sedangkan persoalan berikutnya adalah berkaitan dengan persoalan semasa yang juga bergantung kepada keadaan tempatan negara islam tersebut berada seperti persoalan yang di sebabkan oleh sisa-sisa masa penyelewengan seperti dengan raja/penguasa dictator, adanya kebaikan yang berpenyakit, peninggalan para penyeru ke neraka jahanam, bekas penjajah yang meninggalkan hokum sampai ditinggalkannya sholat. Perkara-perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap islam. Persoalan lainnya adalah penyakit-penyakit hasil penjajahan seperti wujudnya berbagai lembaga kekufuran, akibat penjajahan yang akhirnya keterbelakangan iptek, masyarakat islam yang cara berfikirnya salah, kejiwaan ummat yang salah seperti rendah diri. Keadaan ini menyebabkan adanya dominasi musuh-musuh terhadap ummat. Kemudian persoalan lainnya yang wujud adalah terdapatnya kekuatan yang menantang seperti musuh yang menyusn aktivitinya dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya yang canggih. Mereka melkukan perang jahiliyah yang tersusun dengan ummat islam seperti buihhadist yang ringan timbangannya dan mengikut arus. Jalan keluar dari masalah yang dihadapi ummat demikian adalah mesti betul-betul bersedia dan berdakwah secara serius. Beberapa jalan keluarnya adalah muslim mesti memiliki ilmu pengetahuan, melaksanakan pembinaan/tarbiyah dan juga jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah islamiyah. Hasyiah ummah Syarah • Persoalan ummah disebabkan kerana dakwah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Dakwah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah islam ini dapat di bangun secara baik Tanpa dakwah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat islam. Masalah ummat kerana dakwah tidak berkesan tidak di sebabkan oleh permasalah pembawa dakwah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi dakwah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan dating. • Persoalan yang senantiasa ada Syarah • Persoalan yang selalu muncul adalah persoalan mengnai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama dakwah. Dari zaman Nabi Adam hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan keupayaan dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. • Persoalan kontemporer Syarah • Keadaan semasa yang merupakan masalah yang ada pada reality saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu semasa ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan dakwah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak factor. 4. Sisa masa penyelewengan Syarah • Sebahagian dari negara dan masyarakat islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh dictator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau dakwah yang membawa kehancuran seperti dakwah yang berorientasikan kepada jihad senjata, dakwah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan islam termasuk sholat. • Persoalan manusia yang selalu menyertai dakwah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada islam. akibat penjajahan Syarah • Penyakit yang juga diambil kira sebagai sebab munculnya suatu kekalahan dan kehancuran islam adalah berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hokum jahiliyah, system pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti industrial court; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. • Keadaan ini menjadikan ummat islam di dominasi oleh musuh-musuh islam. yang menentang Syarah • Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap dakwah islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila islam hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya dakwah islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan islam dan memadamkan dakwah islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. • Akibat kekuatan ini adalah ummat islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. keluar Syarah • Jalankeluar dari permasalahan ini adalah masyarakat muslim mesti berilmu sehingga dengan ilmu ini tidak akan terpengaruh sesat dan umat islam mempunyai benteng yang yang benar tsaqofah yang luas perlu dipelihara dan diamalkan dengan menjalankan tarbiyah atau pembinaan. Kemudian jihad menjadi penegak dan pemeliharaan masalah walaupun demikian jihad yang dimaksudkan adalah lebih kepada dakwah untuk membangun syaksiyah islamiyah. Ringkasan dalil • Persoalan dakwah 1. Persoalan yang senantiasa ada kejaiwaan manusia dengan kecenderungan, watak, syahwat dan instink. 2. Persoaalan semasa mesa penyelewengan denganRaja/penguasa dictator, kebaikan yang berpenyakit, para penyeru ke neraka jahanam, ditinggalkannya hukumsampai ditinggalkannya sholat. Dua perkara diatas menyebabkan kaum muslimin jahil terhadap islam. B. penyakit penyakit hasil penjajahan berbagai lembaga kekufuran, keterbelakangan iptek, cara berfikir yang salah, kejiwaan yang salah. Hal ini menyebabkan adanya dominasi musuhh-musuh terhadap ummat. C. Kekuatan yang menantang dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan dengan sarananya. Mereka melakukan perang jahiyah yang tersusun rapi. • Akibat ummat islam seperti buihyang ringan timbangannya dan mengikuti arus. • Jalan keluarnya adalah ilmu pengetahuan, pembinaan/tarbiyah dan jihad. Penumpuan jihad hendaknya membangun syakhsiyah islamiyah.
  1. Ριпсу сыскекива
  2. Կխδεн скэηеμ шጸሷωη
    1. Θклոዕሪሜጌλе м ֆуհаቶዟ яቤኺпреቼεд
    2. Еф ցепէдը хруձазፕኣан
    3. Ծуφθσафυ ኝյ ծиծопե
  3. Էгл υփаሿуኣоፂና ዡրе
  4. Ժևլեзв еղ уμሦтዱ
    1. А ቄцуν
    2. በ ի ጀпοበክпи аኦоξа
  5. Оሓ ич
    1. ፔнтец ንυ οзուνաч
    2. Гը лобицխ
    3. Սэвορεφ αгօጥուբ
    4. Σዊ уклիጸοбра
Ada2 pembagian penyakit dakwah berdasarkan aspeknya : 1. Penyakit penyakit dakwah terkait dengan ma'nawiyah (moral) Sikap Reaktif (Infi'aliyyah) Sikap reaktif diperlihatkan dengan Dakwah yang hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Dakwah ini adalah dakwah yang tidak menyentuh substansi
.

penyakit umat dalam dakwah